Ahad 07 Apr 2019 16:45 WIB

Cerita Korban Banjir Dayeuhkolot Tinggal di Pengungsian

Korban banjir mengungsi di Kantor Desa Dayeuhkolot hampir satu bulan lamanya

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Banjir di Kabupaten Bandung masih merendam tiga kecamatan yaitu Baleendah, Bojongsoang dan Dayeuhkolot dan menutup akses jalan, Junat (5/4).
Foto: Republika/M Fauzi Ridwan
Banjir di Kabupaten Bandung masih merendam tiga kecamatan yaitu Baleendah, Bojongsoang dan Dayeuhkolot dan menutup akses jalan, Junat (5/4).

REPUBLIKA.CO.ID, DAYEUHKOLOT -- Sebagian korban banjir di Kampung Bojong Asih, Desa Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung mengaku telah mengungsi di lokasi pengungsian di kawasan Kantor Desa Dayeuhkolot hampir satu bulan. Terlebih saat hujan deras Rabu (3/4) kemarin yang membuat banjir semakin meluas.

Salah seorang pengungsi asal RT 06 RW 05, Titi Kartiwa (66) mengaku sudah satu bulan berada di tempat pengungsian. Sebab, tempat tinggalnya terendam banjir dengan ketinggian mencapai 2 meter lebih. Akibatnya, ia mengaku memilih pindah ke pengungsian.

"Sekarang rumah masih terendam, cuma pas dicek agak turun selutut saat ini," ujarnya saat ditemui di pengungsian, Ahad (7/4). Ia mengaku selama satu bulan tersebut, kondisi banjir sempat surut dan rumahnya tidak terendam.

Meski begitu, dirinya diimbau oleh kepala Desa Dayeuhkolot untuk tetap mengungsi. Sebab, lingkungan dan rumahnya yang sudah tidak terendam masih dalam kondisi yang lembap. Hal itu menurut kepala desa tidak baik untuk kesehatannya.

Selama di pengungsian, ia mengaku mendapatkan bantuan dari kepala desa. Meski terbilang tidak cukup, namun ia memanfaatkan bantuan agar bisa cukup untuk suami dan kedua cucunya tersebut yang ikut mengungsi.

Dirinya pun mengaku sempat mengalami gatal-gatal dan kaki yang sakit. Akibat sering masuk ke area banjir untuk melihat rumah yang terendam. Beruntung katanya sudah ada tim puskesmas yang mengobati meski hanya hari Jumat saha adanya.

"Bantuan dari desa beras satu liter terus mi instan dua bungkus untuk satu hari," ujarnya. Untuk menambah asupan makanan, Titi mengungkapkan sang suami tiap hari berjualan aksesoris gelang. Dengan penghasilan Rp 150 ribu perhari. "Ke ibu mah paling nerima Rp 50 ribu dicukupkan, sisanya buat beli barang lagi," ungkapnya.

Sementara itu, salah seorang warga lainnya, Tana (42) petugas kebersihan warga RW 04 mengaku sudah berada di pengungsian sejak tiga minggu terakhir. Karena kondisi rumahnya yang terendam banjir dengan ketinggian kurang lebih mencapai leher orang dewasa.

"Kebutuhan sehari-hari (makan) ngambil dari rumah. Kalau bantuan kadang ada, kadang gak. Saya disini mengungsi sembilan orang sama istri dan anak-anak," katanya. 

Dirinya mengungkapkan, banjir sempat surut. Namun saat kembali ke rumah selama sepekan, banjir kembali lagi dan akhirnya mengungsi di selter pengungsian di Dayeuhkolot.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement