Ahad 07 Apr 2019 20:37 WIB

Ribuan Warga Iran Dievakuasi Akibat Banjir

Ribuan warga sebelah selatan Iran dievakuasi karena banjir

Rep: Lintar Satria/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Banjir melanda Kota Khorramabad di provinsi barat Lorestan, Iran, Senin (1/4).
Foto: AP Photo/Erfan Keshvari/ISNA
Banjir melanda Kota Khorramabad di provinsi barat Lorestan, Iran, Senin (1/4).

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Puluhan warga desa dan kota di sebelah selatan Iran telah dievakuasi. Pemerintah Iran sudah mengeluarkan peringatan atas banjir di wilayah yang berbatasan dengan Irak tersebut. Daerah yang memiliki sejumlah sungai dan bendungan. 

Banjir yang tak kunjung surut di mulai pada bulan Maret lalu. Sejauh ini banjir itu sudah memakan 70 korban jiwa, menghancurkan infrastruktur dan membuat ribuan orang mengungsi ke seluruh penjuru Iran. 

Baca Juga

Dilansir dari Aljazirah, Ahad (7/4) pada Sabtu kemarin Irak secara resmi menutup perbatasan Chazabeh. Setelah sebelumnya pemerintah Iran melarang warganya berpergian dan berdagangan melalui perbatasan itu. 

Pada saat yang sama pemerintah Iran juga mengeluarkan peringatan banjir di provinsi Khuzestan. Kantor berita Iran, IRNA melaporkan sejak hari Rabu (3/4) bea cukai Khuzestan sudah meminta perusahaan-perusahaan perdagangan untuk menggunakan jalur lain untuk menyeberang ke Irak.  

Jalanan yang menghubungkan perbatasan tersebut dikelilingi sungai Karkhe.  Sungai itu diprediksi akan membawa banjir karena pihak berwenang sudah memerintahkan untuk membuka bendungan untuk mengurangi tekanan air. 

Khuzestan memiliki tiga sungai utama yang melewati beberapa desa, kota dan kota madya. Termasuk Sungai Karoun yang memotong ibukota provinsi Ahvas. 

Menteri Dalam Negeri Iran Abdoreza Rahmani Fazli mengatakan sekitar 400 ribu orang di Khuzestan mungkin menjadi korban banjir ini. Provinsi itu memiliki 4,7 juta populasi. Provinsi di sebelah timur laut termasuk kota Mashhad diperkirakan juga akan mengalami hujan lebat.

Banjir bandang baru-baru ini membuat ribuan warga Iran mengungsi. Memicu kekacauan dan kepanikan di sebelah barat Provinsi Lorestan. 

Kota Poldokhtar menanggung beban terberat akibat bencana tersebut. Tapi banjir juga menenggelamkan sejumlah ruma di beberapa desa di provinsi Lorestan. Sementara hancurnya infrastruktur memperlambat proses penyelamatan. 

Deputi Menteri Pengembangan Kota dan Jalan Abdolhashem Hassannia mengatakan ada jalan di 275 desa di Lorestan diblokir. "Selama banjir, 200 jembatan dan 400 kilomeer jalan 100 persen hancur," kata Hassannia kepada kantor berita Iran Labor News Agency (ILNA). 

Tidak hanya warga pejabat di Pronvisi Lorestan juga terpaksa mengungsi. Seperti anggota Parlemen Iran Mohammadreza Malekshahi yang tinggal di provinsi tersebut. 

"Tingkat kehancuran yang ditinggalkan banjir baru-baru ini tidak pernah terjadi sebelumnya dalam beberapa dekade terakhir," kata Malekshahi seperti dikutip ILNA. 

Banyak bencana yang terjadi selama tahun baru Persia, Nowruz. Ketika sebagian besar warga Iran berpergian ke kampung halaman atau ke destinasi wisata. 

Pada 25 Maret lalu banjir bandang menewaskan puluhan orang di sebelah setan kota Shiraz. Sebuah destinasi pariwisata yang populer. Hujan lebat menyebabkan banjir menyebar ke seluruh kota, memindahkan kendaraan dan menenggelamkan pedestrian. 

Di Kabupaten Sar-Pol Zahab, sebelah barat Provinsi Kermanshah banjir juga menewaskan satu orang. Banjir datang ketika banyak orang yang tinggal di kabin temporer. Mereka mencoba untuk memperbaiki atau membangun rumah dan apartemen mereka yang hancur karena gempa bumi yang menewaskan ratusan orang pada tahun lalu.

Di sebelah utara Provinsi Mazandaran puluh jembatan hancur. Sementara ratusan desa tenggelam oleh banjir. Banjir di sebelah utara dimulai pada pertengahan bulan Maret. Mengancam sebagian besar Provinsi Golestan yang berada di sebelah tenggara Laut Kaspia.

Sebuah laporan mengindikasi sekitar 95 dari 800 desa di Golestan yang dihantan banjir belum dapat sepenuhnya bangkit. Badan Meteorologi Iran meramlakan hujan lebat masih akan terjadi di sebelah utara daerah itu. Banyak sekolah-sekolah di Golestan yang belum dibuka. 

Sementara itu Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif mengecam sanksi Amerika Serikat. Karena sanksi tersebut membuat bantuan kemanusiaan tidak dapat masuk ke sana. 

"(Kampanye tekanan maksimal AS terhadap Iran) menghambat upaya #PalangMerahIran memberikan bantuan kepada masyarakat yang menderita oleh banjir yang tidak pernah terjadi sebelumnya, memblokir peralatan termasuk helikopter bantuan: ini bukan hanya perang ekonomi, ini terorisme ekonomi," cuit Zarif di Twitter.  

Ketua Masyarakat Bulan Sabit Iran Ali Asghar Peyvandi juga mengkritik AS. Pemerintah Donald Trump memblokir rekening Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWITF) mereka.

"Kami menggunakan sejumlah rekening yang terkoneksi dengan SWIFT, yang kami gunakan untuk menerima bantuan internasional tapi pada saat ini rekening itu masuk ke dalam sanksi, tidak mungkin melakukan tranfer uang tunai dari negara lain dan juga dari Federasi Internasional Palang Merah dan Masyarakat Bulan Sabit," kata Peyvandi seperti dikutip Iranian Students News Agency. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement