REPUBLIKA.CO.ID, MALANG – Tak dapat dimungkiri kondisi politik Indonesia semakin memanas dari hari ke hari menjelang Pemilu 2019 serentak di 17 April mendatang. Suasana media sosial (medsos) dapat menjadi contoh di mana begitu banyak pendukung dua calon presiden (capres) saling menyerang. Mereka seakan tidak lelah mengungkapkan informasi kelebihan capres masing-masing. Fanatisme yang berlebihan seakan sudah semakin menguat pada diri para pendukung.
Melihat situasi tersebut, Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng mencoba mengumpulkan para pendukung calon presiden 01 dan 02. Para pendukung yang berasal dari kalangan ulama, kiai dan cendekiawan ini bersatu dalam kegiatan Halaqah Kebangsaan, Ahad (7/4).
Tidak ada ketegangan apalagi keributan di antara puluhan pendukung yang hadir. Mereka seakan menghormati pilihan masing-masing. Bahkan, mereka tidak terlalu menonjolkan keberpihakannya di hadapan khalayak.
Seperti halnya masalah pakaian, kedua pendukung capres tidak memakai atribut khusus. Mereka mengenakan pakaian muslim seperti kokoh putih maupun warna lain, kopiah, sarung dan celana kain. Seluruh peserta yang hadir juga tampak saling sapa, bersalaman dan berbicara satu sama lain.
Berdasarkan pantauan Republika, hanya terlihat beberapa peserta memasang kode satu atau dua jari di beberapa momen. Hal ini utamanya saat mereka mencoba mengabadikan foto diri, baik sebelum dan sesudah acara. Tidak ada ejekan keras dari pendukung lain yang menyaksikan tersebut
Pada saat kegiatan dimulai pun, pendukung dua capres juga tidak menunjukkan ketidaksukaan. Mereka fokus mendengarkan secara seksama segala sambutan yang disajikan dalam acara. Kegiatan berlangsung damai dan sesekali terdengar gelak tawa apabila menemukan hal lucu dalam pembicaraan mereka.
Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes), KH Salahuddin Wahid, mengaku sengaja mengajak sejumlah ulama, kiai dan cendekiawan untuk merekatkan kembali hubungan di Halaqah Kebangsaan di Jombang, Ahad (7/4). Kegiatan ini utamanya ditunjukkan kepada mereka yang terbagi ke dalam pendukung calon presiden (capres) 01 dan 02.
Menurut pria yang disapa Gus Solah ini, kegiatan ini pada dasarnya berasal dari gagasan Kiai Mahfudz Sobari dari Mojokerto. Tokoh Islam ini mengajaknya untuk mengundang para ulama dan kiai sekaligus sebagai pendukung capres 01 dan 02. "Yang berbulan-bulan ini aktif mendukung pasangan masing-masing," kata Gus Solah seusai Halaqah Kebangsaan di Ponpes Tebuireng, Jombang, Ahad (7/4).
Menurut Gus Solah, para pendukung-pendukung ini bisa saja dalam kehidupannya telah berkomunikasi dengan terlalu semangat. Kemudian juga telah melakukan hal tidak cocok dalam memenangkan capres dukungannya.
Dari hal ini, pihaknya mencoba merekatkan kembali hubungan yang merenggang tersebut. "Renggang, tidak sampai pecah ya. Kita ingin merekatkan kembali, terutama selesai Pilpres 2019," tegasnya.
Pada hakikatnya, dia melanjutkan, Allah SWT telah menentukan pemimpin terpilih di 2019. Hanya saja, seluruh masyarakat terutama umat Islam belum mengetahui siapa yang terpilih di antara kedua capres. Hal yang pasti, dia berharap, seluruh umat dapat menerima segala ketentuan Allah SWT.
Untuk pertemuan berikutnya, Gus Solah berharap, hubungan para kiai dapat direkatkan lebih erat lagi. Pasalnya, persatuan Indonesia sangat bergantung pada keberadaan Islam. Begitupula dengan Islam yang bergantung pada hubungan antara tokoh agama. "Terutama di Jawa Timur yang sempat renggang," tambah dia.