REPUBLIKA.CO.ID, ALJIR -- Parlemen Aljazair akan memilih presiden sementara, Selasa (9/4). Pemilihan dilakukan setelah unjuk rasa membuat Presiden Abdelaziz Bouteflika mengundurkan diri sehingga terjadi kekosongan kekuasaan.
"Diputuskan mengadakan pertemuan dua kamar parlemen pada Selasa pukul 09.00," kata majelis tinggi parlemen dalam sebuah pernyataan yang diwartakan kantor berita resmi APS, yang dilansir Aljazirah, Senin (8/4).
Konstitusi Aljazair menetapkan ketua majelis tinggi parlemen, yang kini berusia 77 tahun, Abdelkader Bensalah akan mengambil posisi sebagai presiden sementara. Bouteflika mengakhiri kekuasaan 20 tahun setelah dorongan terakhir oleh militer.
Selama enam pekan protes, rakyat menyerukan reformasi demokratis setelah hampir 60 tahun pemerintahan monolitik oleh para veteran perang kemerdekaan 1954-1962. Di bawah konstitusi, kedua majelis perlu mengonfirmasi secara resmi kekosongan presiden. Kedua majelis juga memilih presiden majelis tinggi untuk menjalankan negara secara sementara selama tiga bulan hingga pemilihan presiden.
Namun, Bensalah juga menghadapi tekanan dari pengunjuk rasa untuk berhenti sebab rakyat melihat ia dekat dengan rezim. Bensalah pun dinilai rakyat sama seperti Perdana Menteri Nouredine Bedoui dan Tayeb Belaiz yang juga dekat dengan rezim.
Pengunjuk rasa menginginkan tata politik yang baru. Mereka melihat ketiganya sebagai bagian dari pejabat lama yang berada di balik pemerintahan Bouteflika yang berkuasa selama 20 tahun. Pada waktu sebelum pengunduran diri Bouteflika, beberapa sekutu dekatnya mengundurkan diri dari posisi berpengaruh dalam politik dan bisnis.