REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pihak berwenang Rusia memutuskan membebaskan hampir 100 paus yang dikurung di Timur Jauh Rusia, seperti dilaporkan Kantor Berita TASS, Senin (8/4). Gambar ikan-ikan paus yang bergerombol di teluk tertutup di kota pelabuhan Nakhodka di Laut Jepang, muncul pertama kali pada tahun lalu dan menyebabkan gelombang kecaman.
Satwa itu sebenarnya ditangkap sebuah perusahaan yang berencana menjualnya ke Cina, namun ketika nasib mereka diketahui, Kremlin turun tangan dan memerintahkan pihak yang berwenang setempat bertindak dan mencari jalan membebaskan hewan-hewan tersebut.
"Keputusan resmi telah diambil untuk membebaskan satwa itu ke alam bebas," kata Gubernur Primorsky, Oleg Kozhemyako.
Setelah ditunda selama beberapa bulan, keputusan membebaskan paus itu bertepatan dengan kunjungan akhir dari Jean-Michel Cousteau, seorang pakar oseanografi asal Prancis dan putra pakar maritim kondang Jacques Cousteau. Para ilmuwan dari tim Cousteau dan ilmuwan Rusia akan memutuskan kapan dan bagaimana satwa-satwa tersebut dibebasan.
Kozhemyako yang juga dikutip mengatakan pihak berwenang akan merancang fasilitas rehabilitasi khusus bagi paus-paus itu untuk menciptakan keadaan yang sedekat mungkin dengan lingkungan alami dan hewan yang menderita dapat dirawat. Kremlin mengatakan terdapat 11 orca atau paus pembunuh dan 87 paus beluga atau paus kepala melon.
Mereka ditahan dalam keadaan sengsara dan berniat dijual untuk pembeli Cina dan akuarium. Tapi disebutkan pula akan sulit untuk melepaskan mereka ke alam bebas tanpa mencederainya. Dinas Keamanan Rusia mengajukan gugatan terhadap empat perusahaan yang terlibat dalam kasus ini pada Februari karena pelanggaran undang-undang penangkapan ikan.