Senin 08 Apr 2019 19:07 WIB

Sayyid Ahmad Khan, Pendiri Aligarh Muslim University (2)

Aligarh Muslim University jadi inspirasi antara lain Ponpes Modern Gontor.

(Ilustrasi) kampus Aligarh Muslim University
Foto: tangkapan layar YouTube
(Ilustrasi) kampus Aligarh Muslim University

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kampus Muhammadan Anglo-Oriental (MAO) College sejak 1920 berevolusi menjadi Aligarh Muslim University (AMU). Bangunannya berdiri di kompleks seluas kira-kira 470 hektare di Aligagh, Uttar Pradesh, India.

Ada lebih dari 300 pelajaran yang ditawarkan AMU dalam upaya sintesis keilmuan Islam dan Barat. Hal ini tidak lepas dari cita-cita sang pendiri, Sayyid Ahmad Khan, yang hendak meneguhkan lembaga tersebut sebagai jembatan antarperadaban. Sampai saat ini, ribuan alumni AMU telah berkontribusi di banyak bidang kehidupan, baik dalam negeri India maupun komunitas Muslim global.

Baca Juga

Di antara hal yang cukup istimewa, Sayyid Ahmad Khan sudah jauh-jauh hari memperjuangkan emansipasi perempuan via pendidikan di AMU. Hal ini menjadi salah satu kajian Profesor David Lelyvel, penulis buku Aligarh’s First Generation: Muslim Solidarity in British India. Seperti dikutip dari kuliahnya yang termuat situs resmi AMU, akademisi William Paterson University ini mengungkapkan awal mula ketertarikan sang sayyid terhadap isu perempuan.

Enam tahun sebelum Universitas MAO berdiri, Sayyid Ahmad Khan melawat ke Inggris. Di sana, dia berjumpa dengan tokoh pendidikan Mary Carpenter. Sebelumnya, figur kelahiran Exeter, Inggris, ini telah berkeliling India untuk meninjau bagaimana kaum perempuan memeroleh hak-hak dasar.

Menurut Lelyvel, Ahmad Khan menyumbang sejumlah tulisan untuk antologi yang dihimpun Carpenter. Dia juga mengungkapkan kekagumannya terhadap sistem pendidikan modern di Inggris, Mesir, dan Turki Utsmaniyah yang telah menempatkan kaum perempuan setara dengan laki-laki. Dalam artikelnya yang lain, Ahmad Khan mengajak kaum hawa di India untuk bangkit melawan keterpurukan.

Kelak, para alumni awal dari Universitas MAO meneruskan semangat emansipasi perempuan yang telah diperjuangkan Sayyid Ahmad Khan. Pada 1930, seorang cucu pendiri MAO, Sayyid Ross Masood, menyampaikan pidato pada Konferensi Pendidikan Muslim di Benaras yang mengecam keras praktik-praktik pengucilan perempuan (purdah) dalam tradisi lokal. Pimpinan AMU itu juga mengajak para peserta agar mempermudah akses pendidikan tinggi bagi kaum hawa.

AMU juga terlibat dalam mengangkat harkat kaum difabel. Sejak 1927, lembaga ini membuka sekolah khusus untuk mereka yang kehilangan indra penglihatan. Dengan memanfaatkan teknologi cetak yang khusus, materi pelajaran disampaikan melalui huruf braille. Pada awal abad ke-20, langkah AMU ini dapat dikatakan merintis advokasi hak-hak komunitas pinggiran untuk mendapatkan kesempatan pendidikan tinggi. Banyak kebijakan yang dicetuskan Sayyid Ahmad Khan yang kemudian menginspirasi para tokoh pendidikan Islam di Asia maupun dunia pada umumnya.

photo
Sayyid Ahmad Khan

AMU menandakan permulaan modernisme Islam di Anak Benua India. Hal ini ditegaskan Muhammad Iqbal, seorang penyair besar sekaligus filsuf Muslim. Menurutnya, Sayyid Ahmad Khan telah berjasa besar dalam merintis semangat umat Islam dalam menyongsong abad modern. Para pengikut Nabi Muhammad SAW diingatkan agar tidak lemah dan terperdaya dalam sikap beragama yang eksklusif. Melalui dunia pendidikan, Ahmad Khan telah mewariskan kecintaan terhadap ilmu pengetahuan modern kepada generasi-generasi yang datang kemudian.

 

Jadi Inspirasi Gontor

Dalam konteks yang lebih luas, AMU menginspirasi banyak lembaga pendidikan, baik itu di dalam negeri India maupun luarnya. Sintesis yang dihasilkan Sayyid Ahmad Khan, yakni antara pendidikan Islami dan Barat, dapat dikatakan cukup berhasil, mewujud dalam sistem kurikulum AMU. Di antara contoh institusi yang mengambil AMU sebagai inspirasi adalah Pondok Pesantren Modern Gontor.

Para tokoh pendiri Gontor memahami betul watak pendidikan berkemajuan yang dapat disesuaikan dengan tradisi pesantren, yang memang telah begitu lama hidup di Nusantara.

Tentunya, kiprah Sayyid Ahmad Khan di dunia pendidikan tidak sebatas pendirian AMU. Dia juga membentuk Konferensi Edukasi Muslim Seluruh India (All India Muhammadan Educational Conference/AIMEC) pada 1886. Sejak saat itu, AIMEC rutin diselenggarakan setiap tahun di kota-kota yang berbeda seantero India. Tujuan pendiriannya, antara lain, untuk menyebarkan dan mengembangkan sistem pendidikan modern di tengah umat Islam Anak Benua India.

Belakangan, AIMEC tidak sekadar membahas persoalan pendidikan, melainkan juga politik Islam. Pada gelaran konferensinya yang ke-20, salah seorang tokoh Muslim India, Nawab Viqar al-Mulk, mengajukan usul pembentukan Liga Muslim India (All India Muslim League/AIML). Peristiwa ini berlangsung pada akhir tahun 1906, ketika situasi politik sedang cukup tegang antara komunitas Muslim dan komunitas agama lain di India.

Sejak saat itu, AIML menjadi partai politik pertama di era modern India. Pada 1947, para tokoh AIML, termasuk Sayyid Ahmad Khan, Liaquat Ali Khan, dan Muhammad Ali Jinnah, membidani lahirnya negara Islam Pakistan yang resmi lepas dari India.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement