Selasa 09 Apr 2019 09:15 WIB

PBB Kutuk Serangan Udara di Tripoli

LNA kehilangan kendali atas bandara lama.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Muhammad Hafil
Tentara menjaga Kota Tripoli, Libya. (ilustrasi)
Foto: EPA-EFE/STRINGER
Tentara menjaga Kota Tripoli, Libya. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) mengutuk serangan udara yang membuat satu-satunya bandara di Tripoli, Libya tidak dapat beroperasi. Akibat serangan udara tersebut, penerbangan di Bandara Internasional Mitiga telah ditunda dan seluruh penumpang dievakuasi.

Sejauh ini tidak ada korban tewas maupun luka-luka di bandara tersebut. Utusan Libya untuk PBB, Ghassan Salame mengatakan, serangan udara yang terjadi pada Senin (8/4) telah melanggar hukum humaniter yang melarang serangan terhadap infrastruktur sipil.

"Serangan udara ini menandai meningkatnya kekerasan di lapangan," ujar Salame dilansir BBC, Selasa (9/4).

Juru bicara Libyan National Army (LNA) Ahmed Mismari mengatakan hanya ada satu pesawat MiG yang diparkir di Bandara Mitiga. Pesawat tersebut yang menjadi sasaran dari serangan udara.

Koresponden BBC Afrika Utara melaporkan, bandara tersebut juga berfungsi sebagai pangkalan bagi milisi yang kuat namun longgar di bawah kendali pemerintah. Selain itu, bandara lain yang sudah tua dan tidak aktif yakni Bandara Internasional Tripoli juga telah menjadi titik fokus bentrokan beberapa hari terakhir.

Kementerian Kesehatan Libya mencatat, sedikitnya 25 orang telah tewas dan 80 orang lainnya luka-luka termasuk warga sipil serta pejuang pemerintah. PBB telah mengimbau untuk melakukan gencatan senjata selama dua jam pada Ahad (7/4) lalu. Gencata senjata dilakukan agar dapat mengevakuasi korban dan warga sipil. PBB mencatat, setidaknya 2.800 orang telah melarikan diri dari pertempuran di Tripoli.

Sebuah pesawat perang menyerang satu-satunya bandara yang masih aktif di Tripoli. Akibatnya Bandara Mitiga ditutup. Kini, bandara yang dapat digunakan adalah Bandara Misrata yang letaknya sekitar 200 kilometr ke timur menyusuri pantai. Bandara tersebut merupakan pilihan terdekat bagi penduduk Tripoli.

Saksi mata mengatakan, pada Senin sore LNA kehilangan kendali atas bandara lama dan telah menarik pasukannya. Pasukan yang bersekutu dengan pemerintahan Tripoli terlihat di dalam bandara. Sementara, bentrokan dengan pasukan timur berkecamuk di sebelah selatan bandara.

Serangan LNA yang bersekutu dengan pemerintahan di Benghazi meningkatkan perebutan kekuasaan di Libya. Negara yang hancur sejak diktaktor Moammar Gaddafi digulingkan pemberontakan yang didukung NATO pada 2011 lalu. Setelah hal itu terjadi, lusinan milisi beroperasi di negara tersebut.

Jenderal Haftar diketahui membantu Gaddafi merebut kekuasaan pada 1969 silam. ia kemudian berada di pengasingan di Amerika Serikat (AS). Jenderal Haftar kembali pada 2011 setelah pemberontakan melawan Gaddafi dimulai. Sejak saat itu, ia menjadi komandan pemberontakan.

Sebuah pemerintah persatuan dibentuk dalam perundingan 2015, tetapi kesulitan menegaskan kontrol nasional. Perdana Menteri Libya, Fayez al-Serraj menyampaikan, ia akan mempertahankan Tripoli. Ia juga menambahkan telah menawarkan konsesi kepada Jenderal Haftar untuk menghindari pertumpahan darah. N. Rizky Jaramaya

sumber : BBC
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement