Selasa 09 Apr 2019 09:23 WIB

Jenahara dan Arie Kriting Bicara Toleransi

Jenahara dan Arie Kriting merupakan inisiator film bertema toleransi, Bumi Itu Bulat.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Designer Muslimah Jenahara Nasution
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Designer Muslimah Jenahara Nasution

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Desainer busana Muslimah Jenahara Nasution menjadi salah satu inisiator film Bumi Itu Bulat yang mengangkat isu toleransi. Film yang akan tayang 11 April tersebut dimainkan oleh anak muda agar generasi muda terinspirasi dan memahami isu toleransi.

"Anak muda agent of change. Mereka mempunyai bagian luar biasa dalam perubahan. Saya ingin terlibat di film ini dan membantu memberikan pesan ini," kata anak dari aktris senior sekaligus desainer Ida Royani ini.

Baca Juga

Jenahara mengatakan keterlibatannya dalam film Bumi Itu Bulat didasari ketertarikannya pada pesan yang ingin disampaikan. Menurutnya, isu tentang toleransi ini jarang sekali diangkat, bahkan belum ada.

"Ini penting banget karena saya percaya ini bagian dari Indonesia," ujarnya.

Menurut Jenahara, masyarakat perlu diingatkan lagi betapa Indonesia sungguh beragam dan karena itu butuh toleransi. Ia menganggap anak muda dapat menjadi gerbang penyampaian isu tersebut.

"Karena berbeda dibutuhkan saling menghargai, saling menerima," kata Jenahara.

Senada dengan Jenahara, komedian Arie Kriting yang juga menjadi inisator film Bumi Itu Bulat terpanggil untuk ikut dalam film ini karena muatan toleransinya. Ia menganggap toleransi selalu bobot berat.

"Toleransi persinggungan minoritas mayoritas. Persinggungan bibit, bebet, bobot, etnis, SARA. Wujud negatif dan bobot berat," ungkapnya.

Arie mengatakan, masalah toleransi ini bisa hadir dalam keseharian. Dalam film Bumi Itu Bulat, anak muda yang membuat grup musik dan akan mau tampil dalam sebuah event malah terbentur dengan masalah toleransi.

Arie juga mengaku pernah rasakan konflik atau berada di pusaran masalah toleransi. Ia pun merasa perlu adanya pemahaman keberagaman sebagai bagian dari kekayaan bangsa.

"Kalau mereka lupa keberagaman adalah kekayaan, bahaya kedepannya. Kita harus jadi bangsa preventif. Keberagaman selain sebuah kekayaan rentan pergesekan. Harus diingatkan, ada sebuah mekanisme yang bisa meringankan pergesakan itu namanya toleransi," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement