Selasa 09 Apr 2019 09:38 WIB

Kapal Perang Rusia Berlabuh di Filipina

Kapal perang tersebut berlabuh di tengah ketegangan Laut Cina Selatan.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Ani Nursalikah
Kapal penghancur Rusia Admiral Tributs (kanan) dan kapal Vinogradov (belakang)
Foto: AP Photo/Bullit Marquez
Kapal penghancur Rusia Admiral Tributs (kanan) dan kapal Vinogradov (belakang)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua kapal perang dan tanker Rusia berlabuh di Filipina di tengah meningkatnya ketegangan dalam konflik Laut Cina Selatan. Kapal penghancur Admiral Tributs and Vinogradov diklasifikasikan sebagai kapal besar antikapal selam.

Kapal ini bersandar di Manila, Senin pagi (8/4). Kapal tanker besar Admiral Irkut juga dilabuhkan, seperti dilansir CNN dari Phillipines News Agency. Berlabuhnya kapal Rusia ini merupakan kedua kalinya terjadi di Filipina. Awal Januari, tiga kapal warga Rusia juga tiba di Manila mempromosikan perdamaian stabilitas dan kerja sama maritim.

Baca Juga

"Kedatangan rekan-rekan kami dari Angkatan Laut Rusia menggarisbawahi upaya lebih memperkuat hubungan antara pemerintah kami dan angkatan laut. Ini akan semakin meningkatkan dan mempertahankan promosi perdamaian dan stabilitas dan kerja sama maritim," kata Kapten Angkatan Laut Filipina Constancio Reyes Jr.

Kedatangan Armada Pasifik Rusia terjadi beberapa bulan sebelum kedua negara akan menandatangani perjanjian kerja sama angkatan laut, kemungkinan pada Juli. Perjanjian tersebut dilaporkan akan melibatkan lebih banyak latihan bersama dan kunjungan pelabuhan timbal balik.

Rusia dan Cina juga telah bergerak lebih dekat bersama dalam beberapa tahun terakhir, melakukan latihan militer bersama dan menandatangani kesepakatan ekonomi, dengan kedua belah pihak mengklaim hubungan berada pada tingkat terbaik dalam sejarah.

Kunjungan Rusia tersebut juga terjadi di tengah latihan bersama tahunan Balikatan antara Filipina dan AS, yang berakhir pada 12 April. Latihan Balikatan melibatkan lebih dari 7.500 pasukan, pesawat tempur siluman F-35B dan termasuk pelatihan penembakan langsung dan operasi amfibi.

Sementara kunjungan kapal Rusia tidak sebesar itu, namun hubungan Rusia yang semakin besar dengan Filipina dan kehadirannya di wilayah itu terjadi pada saat meningkatnya ketegangan di Laut Cina Selatan. Pemerintah Filipina mengatakan ratusan kapal Cina, termasuk beberapa kapal militer, telah terlihat di sekitar Pulau Thitu dalam gugus Kepulauan Spratly di Laut Cina Selatan, yang dikendalikan oleh Manila tetapi diklaim oleh Beijing.

Armada Cina mulai muncul di sekitar Thitu pada Desember dan Januari, sekitar waktu Manila memulai konstruksi fitur maritim yang diperebutkan. Dalam pidatonya Kamis, Presiden Filipina Rodrigo Duterte memperingatkan Beijing untuk meninggalkan Pulau Thitu sendirian, mengancam aksi militer sebagai tanggapan atas agresi Cina.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement