Selasa 09 Apr 2019 12:10 WIB

Gelombang Baru Warga Kuba Cari Suaka di AS

Banyak pemuda dan keluarga melakukan perjalanan ke perbatasan Meksiko-AS.

Migran dari Amerika Tengah, bagian dari karavan yang berharap mencapai perbatasan AS, bergerak di jalan di Tapachula, Negara Bagian Chiapas, Meksiko, 28 Maret 2019.
Foto: AP Photo/Isabel Mateos
Migran dari Amerika Tengah, bagian dari karavan yang berharap mencapai perbatasan AS, bergerak di jalan di Tapachula, Negara Bagian Chiapas, Meksiko, 28 Maret 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, CIUDAD JUAREZ -- Isel Rojas meredam impiannya meninggalkan Kuba ketika AS mengakhiri kebijakan imigrasinya untuk warga pulau tersebut. Setelah menyaksikan di televisi karavan dari Amerika Tengah bergerak menuju Amerika Utara, ia mulai melihat jalur baru.

Pada satu pagi di Januari, ia terbangun dan memberitahu istrinya ia akhirnya siap. Lima belas hari kemudian, ia pun berangkat.

Baca Juga

"Jika mereka bisa melakukannya, mengapa kita tidak bisa?" demikian pertanyaan Rojas (48), yang bekerja di sektor pertanian di Kota Holguin di bagian timur Kuba, dikutip dari Reuters, Selasa pagi (8/4).

Ia mengenang gambar banyak pemuda dan keluarga yang melakukan perjalanan dalam kelompok ke perbatasan Meksiko-AS. Rojas sekarang menunggu permohonan suaka AS di Kota Ciudad Juarez di perbatasan Meksiko, yang telah menjadi daya tarik kuat bagi migran Kuba.

Aksi keras polisi dan prospek ekonomi yang suram tetap menjadi alasan utama yang disampaikan warga Kuba untuk bermigrasi dari negara yang dikuasai Komunis tersebut, musuh Amerika Serikat selama Perang Dingin. Tapi sebagian warga Kuba di Ciudad Juarez mengatakan gelombang baru karavan juga memotivasi mereka, dan memberi mereka kesan Amerika Serikat mau menerima migran.

Sejak awal tahun lalu, karavan itu telah sering menjadi sasaran Trump sebab ia menyarankan kebijakan imigrasi yang lebih keras. Banyak pengeritik mengatakan pernyataan presiden AS tersebut mengenai karavan migran, termasuk serangkaian cicitan marahnya, secara ironis telah memperluas kelompok dan mempublikasikan suaka sebagai cara yang mungkin untuk memperolah status sah.

"Orang yang menciptakan peliputan media dan yang menggunakan masalah karavan adalah Presiden Trump," kata Kepala Lembaga Migrasi Nasional Meksiko Tonatiuh Guillen kepada stasiun radio lokal pekan lalu.

Tambahan warga Kuba dalam arus migran itu menambah tekanan atas tempat penampungan yang sudah kelebihan penghuni dan pemerintah perbatasan di Meksiko serta Amerika Serikat. Lebih dari 100 ribu orang ditahan dan atau menyerahkan diri kepada pemerintah pada Maret, kata Gedung Putih pada Jumat lalu (5/4). Jumlah itu paling banyak dalam satu dasawarsa. Trump mengancam akan menutup perbatasan atau memberlakukan kebijakan tarif atas Meksiko sebagai pembalasan.

Selain itu, kata sebagian pengeritik, sikap lebih keras Trump dalam hubungan dengan Kuba telah menambah harapan warga Kuba yang secara ekonomi lemah dan sangat terkekang di pulau tersebut. Gedung Putih dan pemerintah Kuba belum menanggapi permintaan komentar, sementara lembaga migrasi Meksiko juga enggan berkomentar.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement