Selasa 09 Apr 2019 16:57 WIB

150 Tahanan Palestina di Penjara Israel Mogok Makan

Banyak tahanan Palestina dipenjara karena melawan pendudukan Israel.

Salah seorang tahanan Palestina di penjara Israel (ilustrasi).
Foto: Presstv.ir/ca
Salah seorang tahanan Palestina di penjara Israel (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Setelah berhari-hari pembicaraan dan optimisme mengenai kesepakatan, 150 tahanan Palestina di penjara Israel memulai mogok makan, Senin siang (8/4). Komisi Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan pada Senin mengatakan pembicaraan dengan petugas Layanan Penjara Israel (IPA) gagal mengenai masalah keprihatinan tahanan.

Di dalam satu pernyataan, komisi itu mengatakan wakil dari tahanan telah mengumumkan keputusan tersebut setelah beberapa hari pembicaraan dengan IPA di Penjara Rimon tak ada hasil yang dicapai. Oleh karena itu, mereka telah menyerukan pemogokan terbuka, termasuk menolak minum air.

Baca Juga

Kelompok tahanan Palestina menuntut IPA mencabut semua alat penghambat gelombang yang belum lama ini dipasang di beberapa penjara karena dampaknya pada kesehatan tahanan. Mereka antara lain juga menuntut kunjungan keluarga, pemasangan telepon umum di penjara, pengakhiran pengucilan tahanan yang dihukum setelah kerusuhan baru-baru ini di penjara, penghentian serangan, penyerbuan ke sel tahanan, dan peningkatan layanan medis.

Komisi Urusan Tahanan mengatakan pemogokan itu, yang dimulai oleh 150 tahanan di Penjara Ramon dan Naqab (Ketziot), akan meluas dalam beberapa hari ke depan hingga mencakup tahanan di penjara lain. Kepala Komisi Urusan Tahanan Qadri Abu Bakr mengatakan ia percaya IPS mundur dari apa yang disepakati dalam beberapa hari belakangan dengan tahanan sebagai akibat dari tekanan politik karena pemilihan umum Israel, yang berlangsung pada Selasa.

Para tahanan sebelumnya pernah melakukan mogok makan massal guna menuntut perlakuan dan kondisi yang lebih baik tapi pemogokan mereka selalu berakhir dengan mereka mengonsumsi air asin guna menghindari dehidrasi. Namun, kali ini pemogokan juga akan meliputi penolakan minum yang dapat mengakibatkan kondisi serius dalam waktu singkat.

Menteri Keamanan Dalam Negeri Israel Gilad Erdan, yang ekstrem, dalam beberapa bulan belakangan secara pribadi memimpin kampanye untuk membuat kehidupan tahanan jadi sulit. Caranya meliputi pengurangan jumlah air yang diterima tahanan sampai perintah pemasangan alat penghambat gelombang.

Ia belum lama ini meminta rumah-rumah sakit Israel bersiap-siap menerima para tahanan yang akan mogok makan dan minum. Langkah itu merupakan tanda tuntutan tahanan takkan dipenuhi.

Ada sebanyak 6.000 orang Palestina yang ditahan di berbagai penjara Israel. Banyak di antara mereka sudah dipenjara bertahun-tahun dan bahkan beberapa tahanan menjalani hukuman penjara seumur hidup karena melawan pendudukan Israel atas tanah air mereka.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement