REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Inovasi pengelolaan dan pengembangan wakaf telah berkembang di dunia Islam. Tak terkecuali di Indonesia, geliat wakaf produktif sudah mulai tumbuh.
Ketua Divisi Humas Badan Wakaf Indonesia (BWI), Atabik Luthfi, mengatakan geliat tersebut diakui tumbuh meski belum sama suksesnya seperti di beberapa negara Muslim lainnya, seperti Turki, Mesir, Arab Saudi, Kuwait, dan sebagainya.
Dia mengakui ada beberapa hal yang menjadi hambatan dalam perkembangan wakaf produktif itu sendiri. Salah satunya, ketersediaan modal yang belum memadai untuk memproduktifkan wakaf.
Selain itu, nasabah pengguna bank syariah yang fungsinya sebagai lembaga keuangan syariah penerima wakaf uang (LKS-PWU) masih berkisar lima persen.
"Kesadaran masyarakat dalam berwakaf masih perlu ditingkatkan," kata Atabik, melalui pesan elektronik yang diterima Republika.co.id, Selasa (9/4).
Pada prinsipnya, Atabik mengatakan bahwa wakaf itu memang produktif. Sesuai dengan hadis Rasulullah SAW, "Jika engkau suka tahanlah tanah itu dan engkau sedekahkan manfaat atau hasilnya." (HR Bukhari).
Atabik menuturkan, ada sejumlah inovasi wakaf produktif yang terus berkembang. Hal demikian menjadi di antara bukti sudah mulai tumbuhnya kesadaran dalam mengelola wakaf produktif di tengah masyarakat.
Di Serang, Banten, terdapat Rumah Sakit Mata Aini yang merupakan kerjasama BWI dan Dompet Dhuafa. Rumah sakit ini menerima pasien sakit mata dari kalangan dhuafa dan umum.
Selain itu, dia mengatakan bahwa nazhir wakaf Muhammadiyah juga sudah berjalan. Hal itu dibuktikan dengan keberadaan wakaf stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) bernama Syirkah Amanah Lumajang, yang merupakan amal usaha di bawah pengelolaan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lumajang. SPBU ini mulai dibangun pada 2007 dan diresmikan pada 2009.
Di Gorontalo, ada wakaf becak motor dan peralatan pesta, di mana Mauquf'alaih (orang yang menerima wakaf) dari barang tersebut adalah Madrasah Ibtidaiyyah (MI). Selain itu, MNC sukuritas juga sudah mewakafkan 100 ribu lembar saham ke BWI.
"Di RS Islam Malang, ruang rawat inap VIP berasal dari wakaf UNISMA. Di antara keuntungannya selain untuk mauquf alaihi, juga untuk membuat mini market," lanjutnya.
Atabik melanjutkan, terdapat yayasan nazhir bernama Raydhatul Muta'allimin yang berhasil membuat gedung perkantoran yang kemudian disewakan. Di lain hal, Dompet Dhuafa membuat lapangan futsal yang modalnya berasal dari wakaf untuk disewakan.