REPUBLIKA.CO.ID, "Dum...dum...tak..tak..dung..dug.." menggaungnya suara rebana dan gendang di Jl Cendrawasih no 105, Pakis Asem, Banyuwangi.
Tak hanya itu, ratusan warga pun mulai memadati tempat itu. Baik dari kanan, kiri maupun sebrang jalan. Beberapa kali, kendaraan yang melintas pun turut berhenti karena penasaran. Sorak horak dan tepuk tangan menambah kemeriahan saat 25 pasangan itu berjalan dan memasuki lokasi acara.
Para istri nampak elok dengan perona di wajah dan bibir mereka, serta pakaian berwarna cerah yang dikenakan. Sedang para suami nampak gagah dengan kemeja dan kopiah yang dikenakan. Mereka bukan para aktor yang siap untuk beraksi, namun pasangan suami istri yang baru saja mensahkan pernikahan mereka di pengadilan.
Senyuman lebar dan mata yang berbinar sambil melambaikan tangan ke anak dan cucuk mereka, menjadi kenangan yang tak terlupakan. "Alhamdulillah, bagi mereka ini hari yang luar biasa, tak berlanjutnya ke khawatiran mereka dan tumbuhnya harapan baru untuk anak dan cucunya," ujar Penanggung Jawab Nikah dan Itsbat Massa di Banyuwangi, Warno, ahad (17/1) lalu.
Ia menyebutkan, 25 pasangan itu dari Banyuwangi dan Situbondo. Dan, tercatat 15 dari mereka adalah warga yang berdiam di lereng Gunung Ijen. Tak ayal jika mayoritas dari mereka adalah petani, namun yang disayangkan mereka adalah buruh petani yang menggarap lahan orang lain dan pemerintah.
Warno menceritakan, saat menyampaikan maksud baik PPPA Daarul qur'an dan BNi Syariah untuk menyelengarakan Nikah dan Itsbat massal, mayoritas warga takut dan tidak percaya. Trauma, jikalau tertipu lagi seperti waktyu lampau.
Suatu ketika, pihak tak bertangguyng jawab menawarkan untuk membantu membuat akta nikah dan masing-masing dari mereka di haruskan membayar Rp 100.00. Namun, setelah beberapa tak ada tanda-tanda meminta data maupun pemberitahuan selanjutnya hingga menjelang waktu yang dijanjikan.
Karena hal itu, pada awalnya masyarakat menolak. Alhamdulillah, tim PPPA Daqu membawa serta pihak KUA untuk menjelaskannya secara valid. Disanalah mereka, hadir dalam resepsi pernikahan yang sederhana namun meriah. Bayangkan saja, sekitar 400 warga memenuhi lokasi resepsi saat itu, berbondong-bondong menjadi saksi dari acara yang tak terlupakan.
Ia menuturkan, pasangan yang berdiam di lereng Gunung Ijen konvoi mengendarai motor ke tempat lokasi dan pulang pun mereka konvoin kembali, tampak senang dengan baju dan bingkisan mahar yang mereka dapatkan.
"Hanya syukur yang dapat kami rasakan, meskipun tidak banyak. Tapi, hanya ini yang bisa kami lakukan untuk mereka," ujar Direktur Eksekutif, Darmawan Eko Setiadi.
Ia menjelaskan, dengan adanya akta nikah sekarang, setidaknya sang ayah tidak lagi khawatir dengan dokumen yang akan ditanyakan saat anak-anaknya masuk maupun melanjutkan sekolah. Karena, besar harapan mereka untuk memberikan pendidikan tinggi kepada anak-anaknya.
Dengan mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dari kedua orang tuanya. Terbukanya kesempatan untuk putra-putrinya mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.