REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumur Batu milik Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi sejak Selasa (9/4) dini hari digenangi banjir. Air yang menggenang setinggi lutut orang dewasa itu berasal dari luapan Kali Asem. Kali dengan luas sekitar 5 meter itu meluap diakibatkan tertimbun material longsor dari gunungan sampah TPA Sumur Batu.
Banjir itu sempat menyebabkan tiga truk sampah milik Pemerintah Provinsi DKI terguling. Memang jalan itu adalah jalur utama bagi truk sampah DKI menuju Tempat Pemrosesan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang yang posisinya bersebelahan dengan TPA Sumur Batu.
Menurut Kepala Unit Pelaksanan Teknis TPST Bantargebang pada Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto, truk itu terguling karena jalan menjadi licin akibat genangan air. “Tidak ada korban jiwa dalam kejadian semalam, hanya tergelincir saja,” ungkap Asep, Selasa (9/4).
Genangan air itu, sambung Asep, akibat hujan deras sejak tengah malam. “Akhirnya gunungan sampah di Sumur Batu itu longsor dan menyebabkan longsorannya itu menutupi Kali Asem,” terang Asep.
Berdasarkan pantauan Republika pada Selasa siang, tampak jalan itu memang masih tergenang banjir setinggi lutut orang dewasa. Panjang ruas jalan yang digenangi mencapai 100 meter. Tampak truk sampah DKI melambat ketika melewati jalan itu.
Posisi Kali Asem itu sendiri tepat sekali bersebelahan dengan gunungan sampah TPA Sumur Batu pada bagian kanan. Sedangkan pada bagian kiri kali itu barulah jalan dan gunungan sampah TPST Bantargebang. Namun, siang itu batas antara Kali Asem dengan jalan sudah tak terlihat sama sekali.
Pada bagian Kali Asem tampak air tidak lagi mengalir karena tersumbat oleh tumpukan material longsor berupa sampah dari TPA Sumur Batu. Bagian yang digenagi Kali Asem ternyata tidak hanya ruas jalan tapi juga lokasi disekitar titik longsor itu. Hingga menyebabkan satu pemukiman warga dengan 20 Kepala Keluarga (KK) di RT 04 RW 03, Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, ikut digenangi air.
Salah satu warga di pemukiman itu, Gilang (30), menceritakan, banjir itu sebenarnya sudah berlangsung sejak satu bulan terakhir. “Banjir itu ya karena Kali Asem ini ketumpuk sama sampah dari Sumur Batu yang merosot ke dalam kali,” katanya di pinggiran Kali Asem.
Perumahan warga itu hanya berjarak 500 meter dari titik longsor. Sedangkan dari aliran Kali Asem itu sendiri, posisi perumahan warga bersebelahan. Jalan menuju perumahan itu yang melintasi kali itu sekarang juga ikut tergenang. “Itu lihat udah sepinggang air yang menggenangi, kalau di bagian rumah sudah selutut juga,” kata Gilang sembari menunjuk seorang warga yang sedang melintasi banjir itu.
Gilang menjelaskan, banjir itu semakin parah sejak satu pekan terakhir. Lantaran banjir itu Gilang bersama warga lainnya terpaksa harus mengungi. Siang itu tampak warga mulai mengangat barang-barang milik mereka dengan menggunakan perahu sederhana dari material sampah gabus. “Kita mau mengungsi ke rumah saudara. Ini banjir parah dan airnya air sampah lagi. Gatal,” kata Ifa (32) sembari mengangkat barang-barangnya dari perahu rakitan itu.
Asep sebagai penanggung jawan pengelola TPST Bantargebang mejelaskan, pihaknya sudah beberapa kali mencoba membersihkan longsoran dari TPA Sumur Batu itu. “Kita sudah sering bantu, tapi bekasi sendiri kurang peduli dengan TPA –nya,” kata Asep. Ia pun berharap agar Pemkot Bekasi sebagai pemilik dan pengelola TPA Sumur Batu untuk segera melakukan pengerukan, sehingga aliran Kali Asem bisa normal kembali.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi Jumhana Lutfi, membantah terjadi longsoran dari TPA Sumur Batu. Menurut dia, banjir itu disebabkan Kali Asem yang mengalami pendangkalan. “Sampah-sampah yang di pinggir kali itu ikut hanyut jadinya menghalangi aliran air,” kata Luthfi, Selasa (9/4).
Ia menyebutkan, besok (10/4) akan dilakukan upaya pengangkutan material sampah itu. Ia berencana akan menggunakan amphibi atau alat berat untuk pengerukan.
Saat ditanyakan apakah banjir itu ada hubungannya dengan TPA Sumur Batu yang sudah kelebihan kapasitas, Luthfi membenarkan. “Iya, iya itu sudah mendekati overload,” katanya.
TPA Sumur Batu itu sendiri luasnya mencapai 19 hektar dengan sampah yang datang dari warga Kota Bekasi sebanyak 900 ton per hari. Sampah sebanyak itu sebenarnya belum keseluruhan dari sampah yang dihasilkan warga Kota Bekasi, karena kota dengan penduduk sekitar 2,9 juta jiwa itu menghasilkan sampah sebanyak 1.900 ton setiap harinya.
Dengan luas lahan dan jumlah sampah sampah yang datang, wajar saja TPA itu menglami kelebihan kapasitas. Oleh karena itu, Pemkot Bekasi telah berencana memperluas lahan penampungan sampah tersebut. “Ya mudah-mudahan kita bisa laksanakan proses pembebasan lahan kedepannya,” tutup Luthfi.