REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berlin sebagai ibu kota negara dan pusat pemerintahan di Jerman, merupakan pusat pendidikan, kebudayaan, dan sejarah. Posisi strategis itu menjadi daya tarik tersendiri bagi komunitas internasional untuk tinggal dan menetap di Berlin, sehingga menjadikannya sebagai salah satu kota multikultural dan multietnis terbesar di dunia.
Di antara komunitas internasional yang menetap di Berlin adalah orang-orang dari Afrika, Arab, dan Asia (seperti Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Pakistan). Ada yang menetap di kota ini untuk bekerja atau karena alasan pernikahan. Namun, ada juga yang tinggal untuk sementara waktu, seperti pelajar, mahasiswa, tugas kedinasan, dan kunjungan wisata.
Berlin adalah kota dengan populasi sekitar 3,5 juta jiwa. Data Institusi Statistik Berlin pada Januari 2005 mencatat, penduduk Berlin yang beragama Islam berjumlah 212.723 orang. Ini menjadikan Berlin sebagai salah satu kota di Uni Eropa yang memiliki populasi Muslim terbesar.
Dari jumlah populasi Muslim itu, 170 ribu di antaranya berlatar imigran asal Turki. Sebanyak 34 ribu adalah Muslim keturunan Arab, sedangkan 12 ribu lainnya berasal dari negaranegara dengan mayoritas penduduk Muslim, termasuk Indonesia. Statistik juga menyebutkan, sebanyak 70 ribu Muslim di Berlin sudah menjadi warga negara Jerman.
Pertumbuhan umat Islam menjadi fenomena tersendiri di Eropa saat ini. Data statistik Uni Eropa menunjukkan, jumlah umat Islam di benua ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 1950, Muslim di Eropa tercatat 250 ribu orang. Jumlah itu meningkat tajam menjadi 17,5 juta pada 2007. Jika dirata-rata, populasi umat Islam di Eropa tumbuh sekitar 7,5 persen per tahun.
Ini artinya pada 2015, jumlah penduduk Muslim di Berlin akan meningkat menjadi lebih kurang 450 ribu orang. Di kota ini, daerah kantong Muslim berada beberapa titik, yakni di subdistrik Kreuzerberg, subdistrik Wedding Mitte, dan distrik Northern Neukolln.