REPUBLIKA.CO.ID, PEKALONGAN -- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menghadiri agenda penutupan Konferensi Ulama Sufi Internasional di Kajen, Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu (10/4). Ia sekaligus menutup konferensi yang digelar selama dua hari itu.
Menag Lukman merasa mendapatkan kehormatan dan kebahagiaan yang luar biasa karena bisa hadir bersama sufi yang mulia, mursyid, muqoddam, baddal, dan khalifah kekasih Allah baik dari Indonesia maupun dari mancanegara.
"Semoga senantiasa tercurah selalu kepada kekasih kita semua, Muhammad SAW yang kepadanya-lah semua sanad dan silsilah tarekat bermuara. Semoga konferensi ulama sufi internasional ini menjadi tali penyambung sanad keilmuan dan pengikat sanad spiritual kita kepada baginda Muhammad SAW," kata dia saat menyampaikan sambutan.
Lukman menuturkan, tidak diragukan lagi bahwa para sufi memiliki peran yang sangat signifkkan dalam tumbuh-kembangnya dakwah Islam di Indonesia. Tiga aspek, yakni keislaman kebangsaan dan keindonesiaan berhasil dilebur menjadi satu kemasan yang indah dan mempesona.
"Ketiganya, keislaman, kebangsaan dan kemanusiaan telah di-ittihad-kan dan di-hulul-kan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," ungkap dia.
Lukman melanjutkan, tarekat sejatinya merupakan organisasi yang berfungsi menjaga otoritas dan kesahihan sanad ilmu yang diwarisi oleh para ahli sufi. Perkembangam teknologi telah mengubah cara umat mendapatkan pengetahuan. Tidak lagi melalui guru atau mursyid melainkan media sosial.
"Jika untuk pengetahuan lahir yang bersifat umum semata tentu cara itu (melalui medsos) tidak ada masalah. Tapi untuk mendapatkan pengetahuan Allah yang sejati tentang kebenaran yang mutlak maka sumber ilmunya harus terverifikasi dengan baik," katanya.
Dalam kondisi itu, papar Lukman, tarekat menyediakan fungsi verifikasi kesahihan ilmu yang benar melalui tradisi baiat ijazah dan sanad yang menjadi bagian dari ritualnya.
Kedua, Lukman menambahkan, tarekat juga penting dalam menghubungkan antar-komunitas yang saling berjauhan secara fisik. Misi kemanusiaan yang menjadi nafas utama dan ajaran para sufi telah merekatkan silaturahim antara muslim di satu negara dengan berbagai negara di penjuru dunia.
Para sufi, tutur Lukman juga selalu meneduhkan dan mencerahkan di saat yang lain meresahkan dan memanaskan. Para sufi juga memberi inspirasi saat yang lain memprovokasi. Itulah yang menurutnya merupakan keindahan sufi. Tak ada takut kecuali pada ilahi.
"Tema yang menekankan tasawuf ini sungguh amat tepat, bukan saja tepat bagi situasi bangsa Indonesia saat ini yang sedang menghadapi pesta demokrasi tapi sesuai untuk merespons suasana batin masyarakat global yang di beberapa tempat masih menghadapi tragedi kemanusiaan entah akibat peperangan maupun persengketaan," katanya.