Rabu 10 Apr 2019 13:32 WIB

Pascabencana Nuklir Fukushima, Kota Okuma Dibuka Kembali

Kebocoran reaktor nuklir Fukushima salah satu tragedi terbesar setelah Chernobyl.

Rep: Puti Almas/ Red: Ani Nursalikah
Pusat kota Okuma di Fukushima, Jepang, Selasa (9/4). Pemerintah Jepang membuka kembali Okuma pascabencana nuklir Fukushima.
Foto: Kyodo News via AP
Pusat kota Okuma di Fukushima, Jepang, Selasa (9/4). Pemerintah Jepang membuka kembali Okuma pascabencana nuklir Fukushima.

REPUBLIKA.CO.ID, OKUMA -- Sebagian wilayah di Okuma, kota yang terletak di dekat distrik Futaba, Fukushima, Jepang telah dibuka kembali pada Rabu (10/4). Delapan tahun pascabencana yang terjadi di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima I, puluhan ribu orang di sana harus pergi menyelamatkan diri.

Sebanyak 40 persen wilayah di Okuma, yang terletak tepat di sebelah barat pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima atau yang dikenal dengan sebutan Fukushima Daiichi kini telah dinyatakan aman bagi penduduk. Mereka diperbolehkan kembali dan menetap secara permanen, setelah upaya dekontaminasi secara signifikan untuk mengurangi tingkat radiasi dilakukan.

Baca Juga

Namun, laporan mengatakan hanya 367 warga Okuma yang kembali dari setidaknya 10.341 jumlah populasi penduduk di kota itu sebelum bencana nuklir terjadi. Angka ini menunjukkan sangat sedikit orang yang ingin kembali ke lingkungan yang ditinggalkan sejak Maret 2011.

Kebocoran reaktor nuklir Fukushima menjadi salah satu tragedi terbesar kedua setelah bencana Chernobyl di Pripyat, Ukraina pada 1986. Okuma sebagai kota yang berjarak sekitar lima kilometer dari reaktor telah dikenal sebagai ‘kota hantu’ karena rumah-rumah dan bangunan yang ditinggal tak berpenghuni selama delapan tahun terakhir.

Meski dibuka kembali, sebagian besar wilayah Okuma dan seluruh Futaba yang dekat dengan lokasi reaktor nuklir tetap dalam kondisi tidak aman karena tingkat radiasi yang tinggi. Warga di daerah yang diklaim telah berhasil didekontaminasi telah diizinkan melakukan kunjungan di siang hari untuk menjaga rumah mereka.

Namun, laporan dari Kyodo News mengatakan hanya 48 orang yang berasal dari 21 rumah terdaftar untuk datang kembali dan bermalam di kediaman mereka. Pemerintah di daerah setempat berharap pembukaan balai kota yang baru pada bulan depan dan sejumlah fasilitas lainnya akan meyakinkan warga kembali ke Okuma.

Banyak orang yang khawatir dengan dampak dari paparan radiasi di wilayah sekitar Fukushima Daiichi, khususnya keluarga yang memiliki anak kecil. Dalam sebuah survei oleh surat kabar Asahi, hampir dua pertiga penduduk yang dievakuasi tetap merasa cemas terpapar radiasi meski ada klaim secara resmi yang mengatakan dekontaminasi berhasil dilakukan.

photo
Tulisan di dinding di sebuah sekolah dasar di Fukushima pasca meledaknya PLTN Fukushima akibat terjangan tsunami.

Sebelumnya, laporan mengatakan lebih dari 40 ribu orang tak dapat kembali ke rumah mereka di Fukushima pada Maret. Namun, setelah beberapa wilayah dinyatakan aman, banyak dari mereka yang memutuskan tidak kembali.

Salah satu wilayah di Okuma hingga saat ini menjadi tempat penyimpanan sementara jutaan meter kubik tanah yang terkontaminasi nuklir. Pemerintah Jepang sebelumnya berjanji memindahkan tanah dari prefektur Fukushima pada 2045. Namun, hingga saat ini belum menemukan situs penyimpanan permanen.

Hancurnya tiga dari enam reaktor Fukushima Daiichi telah menyebabkan kebocoran radiasi besar-besaran yang juga dikategorikan sebagai salah satu bencana nuklir terburuk di dunia. Setidaknya 160 ribu orang yang berada di wilayah sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir tersebut harus pindah, meninggalkan rumah, dan sebagian besar harta benda mereka di dalamnya.

Pada akhir pekan ini, Perdana Menteri Shinzo Abe akan menghadiri peringatan dibukanya kembali sebagian wilayah Okuma. Ia yang mendorong perbaikan Fukushima Daiichi nampaknya ingin menunjukkan nantinya kehidupan di sana akan kembali berjalan normal ditargetkan sebelum Olimpiade Tokyo 2020.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement