Rabu 10 Apr 2019 17:19 WIB

Pasukan Koalisi Saudi Kembali Gempur Yaman

Serangan udara pasukan koalisi Saudi menggempur ibu kota Sanaa, Yaman.

Rep: Puti Almas/ Red: Nur Aini
Suasana kota tua Sanaa, Yaman, setelah berkecamuk perang.
Foto: Reuters
Suasana kota tua Sanaa, Yaman, setelah berkecamuk perang.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO — Pasukan koalisi yang dipimpin Arab Saudi meluncurkan serangan udara di ibu kota Sanaa, Yaman pada Rabu (10/3). Terdapat dua tempat yang menjadi target dalam serangan tersebut.

Target pertama serangan adalah pabrik drone Houthi serta gudang yang menjadi tempat landasan pesawat tanpa awak tersebut. Menurut laporan warga, sebuah rumah terkena serangan udara tersebut, namun tak ada korban jiwa.

Baca Juga

Meski demikian, Masirah TV yang dikelola oleh Houthi mengatakan bahwa serangan udara yang terjadi kali ini telah menyebabkan kebakaran di sebuah pabrik plastik. Sementara, dalam laporan Amerika Serikat (AS) disebutkan terjadi ledakan di dekat dua sekolah di Sanaa dan menyebabkan setidaknya 14 murid tewas pada Ahad (7/4).

“Saat itu ledakan terjadi menjelang jam makan siang dan ada sejumlah murid di dalam kelas. Ledakan menghancurkan jendela dan membuat pecahan kaca masuk ke dalam ruangan,” ujar kepala UNICEF Timur Tengah, Geert Cappelaere.

Meski demikian belum jelas pihak yang berada di balik ledakan tersebut. Koordinator bantuan PBB untuk Yaman Lise Grande telah meminta agar tragedi tersebut segera dihentikan.

Yaman telah menjadi negara dengan krisis kemanusiaan terburuk di dunia akibat perang saudara yang terjadi selama empat tahun terakhir. Konflik antara pendukung Presiden Abd Rabbu Mansour Hadi dan kelompok oposisi Houthi semakin memburuk. Secara khusus dengan adanya pasukan aliansi pimpinan Arab Saudi yang membantu melancarkan serangan udara untuk Houthi.

Proses perdamaian yang dimulai dengan sebuah perjanjian pada Desember tahun lalu telah mengalami kendala. Meski gencatan senjata dilangsungkan di sebagian besar wilayah Hodeidah, pelabuhan utama Yaman, pertempuran terus berlanjut di wilayah lainnya dan meningkat dalam beberapa pekan terakhir.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement