REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Laporan media pemerintah Korea Utara (Korut), KCNA menyatakan, pemimpin Korut, Kim Jong-un menggelar pertemuan dengan pejabat Partai Buruh yang berkuasa untuk membahas kondisi negara.
Dilansir dari laman Aljazirah Rabu (10/4), Pertemuan Komite Sentral berlangsung setelah pertemuan puncak Kim di Hanoi dengan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump berakhir tanpa kesepakatan pada Februari lalu. Hal itu juga terjadi saat Presiden Korea Selatan (Korsel), Moon Jae-in terbang ke Washington untuk mengadakan pembicaraan dengan pemimpin AS.
Namun KCNA mengindikasikan, kemungkinan Kim fokus dalam menyelesaikan masalah ekonomi. Dalam pertemuan dengan para pejabat senior pada Selasa, pemimpin Korut memerintahkan mereka untuk menunjukkan sikap yang sesuai dengan para penguasa revolusi.
KCNA menyatakan, Kim membuat analisis mendalam tentang masalah-masalah mendesak di partai dan negara. Pertemuan pada Rabu, komite pusat akan memutuskan orientasi baru dan cara-cara yang sejalan.
Pertemuan itu juga dilakukan menjelang pembukaan legislatif negara pada Kamis. Menurut seorang analis di Sejong Institute, Cheong Seong-chang, situasi ini sulit bagi Kim untuk menetapkan arah kebijakan baru, sementara Trump terus menyatakan keinginan untuk mempertahankan dialog.
Di samping itu, pertemuan Rabu bisa melibatkan perombakan pejabat partai termasuk utusan utama Korut untuk pembicaraan dengan AS, Kim Yong-chol. Cheong mengatakan, Chol disebut menjadi orang yang paling disalahkan atas kegagalan KTT Hanoi.
"Itu akan memberi sinyal lampu hijau jika dia diganti dengan sosok yang lebih fleksibel dan praktis, tetapi jika dia tetap menjabat, pembicaraan denuklirisasi tidak akan mudah," kata Cheong.
Adapun Trump dan Kim mengadakan pertemuan puncak penting pertama mereka di Singapura Juni lalu. Pemimpin Korut menandatangani kesepakatan yang tidak jelas terkait denuklirisasi Semenanjung Korea.
Kegagalan untuk mencapai kesepakatan pada pertemuan puncak kedua mereka di Hanoi, menimbulkan pertanyaan tentang masa depan denuklirisasi. Seorang diplomat senior Pyongyang menyatakan kepada wartawan bulan lalu, Korut tengah mempertimbangkan untuk menunda pembicaraan nuklir dengan AS.