REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimanuk mengalami kerusakan. Kondisi itu akhirnya berdampak pada wilayah hilir sungai Cimanuk.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk Cisanggarung, Happy Mulya, menyebutkan, lahan kritis di DAS Cimanuk mencapai 31 persen atau 110 ribu hektare. Kondisi itu terutama terjadi di hulu sungai Cimanuk, yakni Kabupaten Garut.
"Yang paling problem itu di hulu sungai Cimanuk," ujar Happy, saat ditemui di sela rapat darurat menyikapi banjir dengan unsur muspida Kabupaten Indramayu, di Desa Pagirikan, Kecamatan Pasekan, Kabupaten Indramayu, Rabu (10/4).
Happy menjelaskan, masyarakat di hulu sungai Cimanuk menggunakan lahan untuk menanam sayuran. Menurutnya, akar tanaman sayuran tidak bisa menahan erosi sehingga menimbulkan sedimentasi tinggi pada sungai Cimanuk yang akhirnya bisa berakibat banjir.
Happy menyebutkan, laju sedimentasi di DAS Cimanuk tergolong tinggi. Dari hasil analisa erosi, laju sedimentasi di sungai Cimanuk mencapai 4,7 milimeter per tahun. "Itu kategori berat untuk erosi permukaan. Normalnya dua milimeter per tahun," kata Happy.
Untuk itu, lanjut Happy, tanggung jawab penanganan masalah DAS Cimanuk itu bukan hanya di pihak Kementerian PUPR. Namun juga pihak lainnya, seperti KLH, pemda dan masyarakat. Sementara itu, terkait tanggul kritis mulai dari Cimanuk – Cisanggarung, Happy menyebutkan, ada 578 titik. Dari jumlah itu, yang kondisinya sangat rawan atau berat ada 178 titik. Sedangkan sisanya masuk kategori sedang dan ringan. "Untuk yang kategori berat, kalau debitnya besar, bisa jebol," kata Happy.
Namun, Happy mengatakan, pihaknya terkendala minimnya anggaran untuk memperbaiki seluruh titik yang mengalami kerusakan berat tersebut. Pada tahun ini, anggaran yang tersedia hanya Rp 50 miliar. Anggaran tersebut diperuntukkan untuk perbaikan delapan paket di Kabupaten Indramayu, Cirebon dan Kuningan.
Seperti diketahui, sebanyak 19 desa yang tersebar di lima kecamatan di Kabupaten Indramayu tergenang banjir akibat luapan sungai Cimanuk pada Senin (8/4) hingga Rabu (10/4). Selain tingginya debit air sungai, kondisi itu juga terjadi akibat banyaknya tanggul yang mengalami kerusakan.