Kamis 11 Apr 2019 07:00 WIB

Kontribusi Penting Al-Zahrawi dalam Ilmu Bedah Modern

Kontribusi itu membuat al-Zahrawi mendapat julukan bapak bedah modern.

Ilmuwan Muslim.
Foto: Metaexistence.org
Ilmuwan Muslim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Selama lebih dari delapan abad kejayaan Islam di dunia, berbagai akar ilmu pengetahuan modern telah dikembangkan ribuan ilmuwan Muslim dari berbagai dinasti dan wilayah taklukan. Salah satunya, ilmu kedokteran, khususnya dalam bidang pembedahan. 

Di ranah ini tersebutlah satu nama yang sangat masyhur, yakni Abu al-Qasim al-Zahrawi. Dikenal di dunia Barat dengan nama Abulcasis, al-Zahrawi lahir di Madinatuz Zahra, kota berjarak 9,6 km dari Cordoba, Spanyol, pada 930 Masehi. 

Kontribusi penting al-Zahrawi dalam ilmu bedah masih bisa dirasakan hingga saat ini. Hal itu pula yang membuat dia dijuluki Bapak Ilmu Bedah Modern.

Pada 2013,  masyarakat dunia, terutama para pakar dan pemerhati kedokteran Islam, memperingati satu milenium atau seribu tahun wafatnya dokter terkemuka pada masa Khalifah al-Hakim II di Andalusia itu. Sejarah mencatat, al-Zahrawi wafat di Cordoba pada 1013. Sebagai bentuk penghargaan atas sumbangsih keilmuan al-Zahrawi, namanya diabadikan menjadi nama jalan di kota itu. Calle Abulcasis, demikian nama jalan itu. Di jalan itu terdapat rumah nomor 6 yang terus dirawat, bahkan dilindungi oleh Badan Kepariwisataan Spanyol. Di rumah yang kini menjadi cagar budaya itulah al-Zahrawi pernah tinggal. 

Kehebatan dan profesionalitas al-Zahrawi sebagai ahli bedah diakui para dokter di Eropa. "Prinsip-prinsip ilmu kedokteran yang diajarkan al-Zahrawi menjadi kurikulum pendidikan kedokteran di Eropa," ujar Dr Campbell dalam History of Arab Medicine. Sementara, ahli bedah Eropa yang hidup pada abad ke-15, Pietro Argallata, mengatakan, al-Zahrawi adalah bapak dari seluruh ahli bedah. Beragam temuan dan pemikiran al-Zahrawi memengaruhi berbagai metode pembedahan modern selama beratus tahun setelahnya. 

Al-Zahrawi merupakan keturunan Arab Anshar yang menetap di Spanyol. Di Kota Cordoba, dia menimba ilmu. Di kota ini pula, ia mengajarkan ilmu kedokteran, mengobati masyarakat, serta mengembangkan ilmu bedah hingga wafat.

Kisah masa kecilnya tak banyak terungkap. Hal ini karena tanah kelahirannya dijarah dan dihancurkan. Sosok dan kiprah al-Zahrawi mulai terangkat setelah ilmuwan Andalusia, Abu Muhammad bin Hazm (993M-1064), menempatkannya sebagai salah satu dokter bedah terkemuka di Spanyol. 

Selain tekun mempraktikkan dan mengajarkan ilmu kedokteran, al-Zahrawi pernah pula diangkat menjadi dokter istana pada masa kekhalifahan al-Hakam II di Andalusia. Ia juga meninggalkan warisan yang tak ternilai harganya bagi dunia kedokteran, yakni kitab at-Tasrif liman 'Ajiza 'an at-Ta'lif. Ensiklopedia kedokteran yang terdiri dari 30 volume ini dijadikan materi sekolah kedokteran di Eropa. 

Dalam kitab ini, al-Zahrawi menjelaskan secara perinci tentang anatomi, klasifikasi penyakit, informasi nutrisi dan operasi, ortopedi, optalmologi, farmakologi, dan seluk-beluk pembedahan. Ia pun dikenal sebagai ilmuwan yang berjasa dalam bidang kosmetik. Berbagai produk kosmetik, mulai dari deodoran hingga pewarna rambut, tercipta dari buah pemikiran al-Zahrawi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement