REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kesalapahaman di masyarakat Barat terkait Islam utamanya terkait kehadiran masjid masih terjadi. Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri, KH Muhyiddin Junaidi menilai, perlu ada komunikasi secara tepat guna mengatasi kesalapahaman itu.
Seperti di Inggris, kata dia, ada kesalahapahaman karena komunikasi yang terhambat. Namun, hal itu dimanfaatkan oleh kelompok Islamofobia guna dieksploitasi. "Jadi, seakan-akan ada penolakan, padahal tidak ada itu," kata dia, saat dihubungi Rabu kemarin.
Kiai Muhyiddin menilai, proses diplomasi umat Islam dengan pemerintah Inggris tidak memiliki kendala. Sebab, United Kingdom (UK) merupakan salah satu negara dengan jumlah masjid yang terbanyak di daratan Eropa.
"Masjid di UK itu jumlahnya ribuan sekarang, dan sangat pesat pembangunannya. Apalagi, ada enam Walikota di seluruh Inggris itu yang beragama islam," katanya.
Selain itu, Muhyiddin menyarankan agar proses diplomasi seyogyanya dilakukan oleh orang yang tepat. Karena itu, sebagai kaum minoritas, negosiasi harus dilakukan dengan baik dan dapat mencapai kesepakatan.
"Kita tidak mengganggu dan jika ada aturan-aturan seumpama, suara Adzan speakernya tidak perlu didengar keluar. Ok kita sepakati itu, atau mungkin menaranya jangan terlalu tinggi dan lain sebagainya, ya kita atasai," katanya.