Kamis 11 Apr 2019 11:05 WIB

Freeport Fokus Lakukan Transisi Pengelolaan Tambang Grasberg

Freeport fokus untuk mengurangi utang dan meningkatkan dividen dari tambang Grasberg.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolanda
Aktivitas dan lokasi penambangan di Grasberg yang selalu tertutup kabut dengan kandungan oksigen yang tipis.
Foto: Republika/Maspril Aries
Aktivitas dan lokasi penambangan di Grasberg yang selalu tertutup kabut dengan kandungan oksigen yang tipis.

REPUBLIKA.CO.ID, SANTIAGO -- CEO Freeport McMoran, Richard C Adkerson mengatakan pada dua tahun ini Freeport McMoran akan fokus melakukan transisi untuk pengelolaan tambang dalam Grasgerg. Dalam pertemuan internasional pengusaha tambang dunia di Santiago, Cile, Adkerson menyatakan perusahaan tidak akan menaikkan nilai deviden dan tidak ada langkah korporasi dalam dua tahun tersebut.

Dilansir Reuters Kamis (11/4), Adkerson menjelaskan keputusan tersebut diambil oleh perusahaan karena akan fokus mengelola tambang Grasberg yang ada di  Indonesia. Perusahaan perlu fokus melakukan transisi agar tambang tersebut dapat memberikan keuntungan yang menggembirakan pascaoperasi penuh.

Baca Juga

"Selama dua tahun kami akan fokus pada transisi ini. Jika semuanya berjalan baik, dua tahun dari sekarang kami akan berada pada posisi yang baik untuk kemudian mengurangi utang, potensi dividen yang lebih tinggi, serta potensi investasi dalam proyek-proyek baru," ujar Adkerson, Rabu (10/4).

Dengan adanya potensi profit dari pengelolaan tambang dalam, maka ke depan Freeport tak segan untuk melirik peluang bisnis di kancah global lainnya. Pihaknya optimistis situasi akan jauh lebih baik dalam dua tahun ke depan dan menilai aset di Indonesia sangat istimewa.

"Tambang grasberg sangat istimewa dan mempunyai potensi yang cukup baik," ujar Adkerson.

Selain fokus pada tambang Grasberg, Freeport McMoran juga sedang melihat perkembangan ekonomi global. Adkerson menjelaskan saat ini kondisi perekonomian global yang tidak menentu. Hal tersebut membuat perusahaan menahan langkah ekspansi pada proyek proyek baru.

"Dari sudut pandang kami, kami mengenali risiko dan risiko itu memengaruhi bisnis kami. Kami tidak akan berinvestasi dalam proyek-proyek baru sampai ada kejelasan lebih lanjut," ujar Adkerson.

Ia mengatakan, ada perlambatan permintaan tembaga dari Cina sebagai buntut dari perang dagang dengan Amerika Serikat. Hal tersebut membuat orang-orang skeptis.

Meskipun begitu, dia tetap yakin propek jangka panjang untuk tembaga masih positif. Hal tersebut bakal ditopang oleh harapan pemerintah Cina untuk mempertahankan pertumbuhan ekonominya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement