REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Saham Lyft Inc yang baru-baru ini terdaftar turun ke level terendah baru dan menutup hari dengan turun hampir 11 persen pada Rabu (10/4). Pergerakan saham ini terjadi di tengah berita bahwa pesaingnya, Uber Technologies Inc, berencana melakukan penawaran umum perdana (IPO).
Sejak go public pada 29 Maret 2019 lalu, pada Rabu (10/4) kemarin saham Lyft diperdagangkan di posisi harga terendah. Pada penutupan perdagangan, saham Lyft ditutup di posisi 60,12 dolar AS atau 16,5 persen di bawah harga IPO Lyft sebesar 72 dolar AS.
Sebelumnya dilaporkan bahwa Uber berencana menjual sahamnya ke publik dengan nilai sekitar 10 miliar dolar AS atau setara Rp 140 triliun (asumsi kurs Rp 14.000 per dolar AS). Uber juga akan mengajukan penawaran ke pihak regulator pada Kamis (11/4).
"Bukan kebetulan bahwa sehari sebelum Uber diharapkan membuat laporan bahwa para investor segera membandingkannya dengan Lyft dan Lyft terlihat kurang menarik," kata Matt Moscardi, analis MSCI di Boston.
Kondisi ini dinilai bisa menguntungkan Uber sehingga sekarang diharapkan valuasi perusahaan bisa mencapai 90 miliar dolar AS hingga 100 miliar dolar AS. Angka ini lebih kecil prediksi analis yang mengatakan valuasi Uber bisa mencapai 120 miliar dolar AS.
"Uber juga mungkin memiliki pengakuan nama yang lebih baik," kata kepala investasi Bokeh Capital Partners Pittsburgh, Kim Forrest.
Setelah penutupan perdagangan pada Rabu, Lyft mengumumkan bahwa mereka akan merilis laporan keuangan untuk kuartal pertama yang berakhir 31 Maret setelah pasar tutup pada 7 Mei.