REPUBLIKA.CO.ID, MINSK — Zona ekslusi Belarus yang ditutup setelah hampir 33 tahun lamanya, pasca tragedi nuklir Chernobyl terjadi kini akan dibuka bagi wisatawan. Rute perjalanan untuk para pengunjung telah diatur dan diyakini aman.
Wakil direktur Palessye State Radiation and Ecological Reserve, Maksim Kudzin mengatakan untuk waktu yang lama, tidak ada seorang pun tinggal di zona eksklusi Belarus. Padahal, menurutnya jika mereka berada di sana, jumlah radiasi yang akan terpapar sedikit, dibandingan jika mereka berada di atas wilayah tersebut, seperti saat terbang menggunakan pesawat.
Karena itu, zona ekslusi Belarus akan dipastikan aman bagi para wisatawan yang datang berkunjung. Selama ini, tidak sedikit orang yang tertarik untuk melihat penampakan wilayah maupun kota yang dianggap ‘mati’ karena ditinggalkan penduduknya karena sebuah tragedi.
Kehidupan setelah 32 tahun bencana nuklir Chernobyl.
Pembangkit Listrik tenaga Nuklir (PLTN) Chernobyl yang terletak di Pripyat, Ukraina (saat itu masih menjadi Uni Soviet) meledak pada 26 April 1986. Bencana ini menjadi insiden nuklir terburuk di dunia, yang mengakibatkan puluhan orang tewas serta kerugian material mencapai 18 miliar rubel.
Jumlah korban tewas hingga saat ini masih sulit diperkirakan karena paparan radiasi memiliki efek jangka panjang. Pada 2005, WHO menyatakan sekitar 4.000 orang meninggal karena paparan radiasi pasca tragedi Chernobyl.
Akibat dari bencana Chernobyl, sebanyak lebih dari 350 ribu orang dievakuasi dari Pripyat, serta wilayah-wilayah dan kota di sekitarnya yang ikut terkontaminasi yaitu yang berada di sebagian Belarus, yang perbatasannya hanya berjarak 16 kilometer dari lokasi PLTN dan Rusia. Saat ini PLTN Chernobyl tidak lagi dijalankan oleh Pemerintah Ukraina dan tak lagi ada permukiman penduduk di sekitarnya.