REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Mantan pegawai Badan Intelijen Amerika Serikat (AS) Edward Snowden menyayangkan penangkapan pendiri situs Wikileaks Julian Assange oleh kepolisian Inggris. Menurut dia, peristiwa itu menjadi momen kelam untuk kebebasan pers.
Snowden mengatakan keputusan Kedutaan Besar Ekuador di London mencabut suaka politik Assange dan mengundang kepolisian Inggris untuk menangkapnya akan tercatat dalam sejarah. “Para kritikus Assange mungkin bersorak, tapi ini adalah saat yang kelam untuk kebebasan pers,” kata dia melalui akun Twitter pribadinya, Kamis (11/4).
Pemimpin redaksi stasiun radio Rusia, RT, Margarita Simonyan mengaku sempat menjalin kontak dengan Assange sebelum dia ditangkap kepolisian Inggris. Menurut Simonyan,, Assange telah memprediksi bahwa suaka politiknya akan dicabut. AS adalah aktor yang merancang skemanya.
“Dia mengatakan kepada saya, ‘Anda akan lihat, Washington akan menggantikan presiden Ekuador, seseorang akan datang untuk menggantikannya, yang akan setuju untuk menolak suaka politik saya. Setelah itu saya akan diekstradisi dari Inggris ke Swedia dan dari sana ke AS’,” kata Simonyan.
Kepolisian Inggris menangkap Assange di Kedutaan Besar Ekuador di London pada Kamis. Dia ditahan setelah suaka politiknya dicabut oleh pihak kedutaan.
Presiden Ekuador Lenin Moreno mengungkapkan bahwa Assange telah melanggar persyaratan suaka. Oleh sebab itu, suaka terhadap dirinya dicabut. Moreno telah meminta Inggris untuk menjamin agar Assange tidak diekstradisi ke negara di mana dia dapat menghadapi penyiksaan atau hukuman mati. "Pemerintah Inggris telah mengonfirmasi secara tertulis, sesuai dengan aturannya sendiri," ucapnya.
Assange telah bersembunyi di Kedutaan Besar Ekuador di London sejak Juni 2012. Ia sedang diburu oleh kejaksaan Swedia atas berbagai kasus pelanggaran seksual yang diduga dilakukannya. Assange seharusnya diekstradisi ke Stockholm oleh otoritas berwenang Inggris sebelum memasuki kedutaan.
Assange diketahui menolak untuk kembali ke Swedia sebab takut akan diekstradisi ke Amerika Serikat (AS) jika melakukannya. AS juga tengah memburu Assange karena dituding melakukan aksi spionase setelah merilis dokumen-dokumen rahasia AS ke publik melalui situsnya WikiLeaks.
Sejak 2010, jaksa AS telah menyelidiki WikiLeaks. Penyelidikan dilakukan setelah WikiLeaks merilis sekitar 250 juta dokumen rahasia dari kedutaan besar AS di seluruh dunia. Informasi rahasia dan sensitif tersebut dikirim ke WikiLeaks oleh Chelsea Manning, mantan analis intelijen militer AS.
Bagi sebagian orang Assange telah dianggap sebagai pahalawan karena berani menyingkap praktik penyalahgunaan kekuasaan. Namun, dia pun dianggap sebagai pemberontak dan ancaman, khususnya oleh AS.