Sabtu 13 Apr 2019 14:45 WIB

Belgia Setuju Beri Perpanjangan Waktu untuk Brexit

Awalnya, Inggris akan menarik diri dari UE pada 30 Juni.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Dwi Murdaningsih
Demonstran anti-Brexit membawa patung Perdana Menteri Theresa May dekat College Green di Houses of Parliament, London, Senin (1/4).
Foto: Jonathan Brady/PA via AP
Demonstran anti-Brexit membawa patung Perdana Menteri Theresa May dekat College Green di Houses of Parliament, London, Senin (1/4).

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL -- Perpanjangan batas waktu penarikan Inggris dari Uni Eropa hingga 31 Oktober disetujui semua pihak. Baru-baru ini, Brussel pun menunjukkan persetujuannya.

Pejabat tinggi Komisi Eropa, Valdis Dombrovskis, menyebut dengan disetujuinya perpanjangan waktu ini, para pemimpin UE dan Perdana Menteri Inggris, Theresa May, berhasil menghindari skenario paling buruk yakni tidak adanya kesepakatan soal Brexit (no deal Brexit).

Baca Juga

"Perpanjangan waktu, yang awalnya dengar pendapat pada 30 Juni mundur menjadi 31 Oktober. Ini akan memberikan waktu bagi Parlemen Inggris untuk merenungkan dan menjalankan skenario yang mereka inginkan," ujar Dombrovskis dikutip di Atlantic Council, Sabtu (13/4).

Meskipun Inggris menyetujui kesepakatan penarikan diri (Withdrawal Agreement) dari UE Desember lalu, namun faktanya kesepakatan ini mengalami kegagalan dalam pemungutan suara di parlemen di London. Sementara dalam parlemen juga menemui kegagalan dalam menemukan jalan alternatif ke depannya.

Perdana Menteri Inggris bersama pemimpin oposisi, Jeremy Corbyn, disebut setuju dengan negosiasi solusi lintas partai yang dinilai potensial untuk menghadapi jalan buntu ini. Namun hingga kini belum ada proposal resminya.

Dombrovskis menegaskan desakan Brussel yang menyatakan jika UE tidak membuka kembali kesempatan untuk negosiasi kesepakatan penarikan diri Inggris.

Meski demikian, ia memberi sinyal jika UE akan terbuka untuk kompromi perihal kesepakatan terssebut. Namun UE menolak mengubah deklarasi politik tentang hubungan Inggris dengan blok ke depannya seperti serikat pabean atau perjanjian perdagangan bebas yang komprehensif.

Sementara Parlemen Inggris mengalami kesulitan dalam menentukan jalan ke depan, ia menegaskan jika bukan tugasnya untuk melihat atau mendikte peta jalan atau pemikiran parlemen tersebut. Parlemen diharap mampu menentukan apa yang paling mereka inginkan.

"Kita tetap terbuka untuk opsi yang berbeda. Tentu antara UE dan Inggris ingin mengindari no-deal Brexit dan ini yang diarapkan dari perpanjangan waktu itu," lanjutnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement