Senin 15 Apr 2019 11:27 WIB

Gedung Putih Makin Gencar Serang Ilhan Omar

Omar mendiskusikan tentang islamofobia bulan lalu.

Rep: Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
Anggota Kongres AS yang mewakili Minnesota, Ilhan Omar di Capitol Hill, Washington, 6 Maret 2019.
Foto: AP Photo/J. Scott Applewhite
Anggota Kongres AS yang mewakili Minnesota, Ilhan Omar di Capitol Hill, Washington, 6 Maret 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Gedung Putih meningkatkan serangan ke anggota Kongres Ilhan Omar. Sebelumnya Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berulang kali mencicitkan rekaman 9/11 dan menuduh Omar meremehkan serangan teror tersebut.

Omar mendapatkan gelombang dukungan dari anggota Partai Demokrat yang mengatakan Trump sengaja salah menafsirkan komentar Omar. Menurut mereka Trump juga seorang rasialis berbahaya. Omar pun tidak akan dapat dibungkam 'oleh pemerintah yang melarang masuk Muslim ke negara ini'.

Baca Juga

"Satu orang, tidak peduli betap korupnya, tidak kompeten atau kejam dapat mengancam cinta saya yang tak tergoyahkan kepada Amerika," kata Omar, seperti dilansir di The Guardian, Senin (15/4).

Tapi juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan komentar Omar, satu diantara dua perempuan Muslim pertama AS yang menjadi kongres, tetap salah. Sanders tidak menjelaskan apa yang menurutnya salah dalam pernyataan Omar.

"Saya menemukan komentarnya sangat amat memalukan dan tidak pantas bagi anggota Kongres, dan saya pikir bagus Presiden menyebut namanya," kata Sanders.

Sanders membantah apa yang dilakukan Trump dapat memicu kekerasan terhadap Omar. Anggota kongres pertama yang memakai hijab itu mendapatkan ancaman pembunuhan.

"Presiden berharap tidak ada niatan buruk dan tentu saja tidak kepada kekerasan terhadap siapa pun, tapi presiden harus dan benar menyebut nama anggota Kongres," kata Sanders.

Hal ini bermula pidato Omar di Council on American-Islamic Relations (Cair) pada bulan lalu. Dimana ia mendiskusikan tentang islamofobia dan menggambarkan ketidaknyamanan menjadi warga negara kelas dua.

"Cair didirikan setelah 9/11, karena mereka mengakui beberapa orang melakukan sesuatu dan kami semua mulai kehilangan kebebasan hak sipil kami," kata Omar.

Trump menanggapinya dengan menciutkan video rekaman pidato Omar dengan serangan 9/11. Termasuk pesawat menabrak World Trade Center dan jatuhnya Menara Kembar.

Serangan Trump menguatkan halaman depan tabloid milik Rupert Murdoch, New York Post yang menyatukan kutipan Omar dengan foto World Trade Center yang terbakar. Menanggapi langkah New York Post itu, sekelompok pemilik toko di New York mengumumkan pemboikotan tabloid itu.

Asosiasi Pedagang Yaman Amerika yang mewakili Yaman Amerika yang memiliki 4.000-5.000 toko kelontong di New York mengatakan halaman depan New York Post memprovokasi kebencian. Yaman Amerika yang dikenal dengan bodegas mengatakan New York Post memang bertujuan melukai keimanan Islam Omar, keluarganya dan orang lainnya.

"Retorika ini mengancam keamanan dan keselamatan Omar, pemimpin Muslim dan masyarakat Muslim Amerika pada saat islamofobia dititik tertinggi sepanjang masa," kata mereka.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement