Senin 15 Apr 2019 14:36 WIB

Gulma Bisa Menjadi Energi Listrik Ramah Lingkungan

Mahasiswa Universitas Brawijaya mengubah gulma menjadi energi listrik

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Christiyaningsih
Tim dari Universitas Brawijaya yang mengubah kiambang menjadi enerfi listrik ramah lingkungan
Foto: Istimewa
Tim dari Universitas Brawijaya yang mengubah kiambang menjadi enerfi listrik ramah lingkungan

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Kiambang (Salvinia molesta M.) dikenal sebagai gulma. Akan tetapi di tangan lima mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (FP UB), kiambang dapat disulap menjadi energi listrik ramah lingkungan.

Lima mahasiswa yagn tergabung dalam tim Electric Green Innovation (EGI) ini melakukan penelitian berbasis konservasi di kawasan perairan Danau Ranu Pani Kabupaten Lumajang Jawa Timur. "Pengembangan energi listrik tersebut menggunakan Teknologi pengembangan Dye-Sensitized Solar Cell (DSSC) berbahan gulma air kiambang," ujar Aditya Permana Putra melalui pesan resmi yang diterima Republika, Senin (15/4).

Baca Juga

Aditya menjelaskan bagian dari kiambang yang dimanfaatkan adalah klorofil. Klorofil dipilih karena dapat mengonversi energi matahari menjadi energi listrik. Kemudian tim menambah Cyanobacteria hasil eksplorasi di Danau Ranu Pani dalam komponen DSSC.

Menurut Aditya, bakteri ini berpotensi menambah daya keluaran listrik. Bakteri tersebut mampu berfotosintesis serta mengandung klorofil A dan pigmen warna lainnya yang berpotensi menjadikan dye dan toleran terhadap sinar UV. "Selain itu, bakteri ini mampu mengonversikan foton yang lebih tinggi secara efisien," tambah dia.

Pengembangan DSSC dipilih karena bagian dari sel surya. Metode ini memanfaatkan bahan organik yang mudah ditemukan, harga relatif terjangkau, dan memiliki kestabilan kimia yang konstan. Kedua bahan tersebut sangat berlimpah pada daerah tertentu, mudah dikembangkan, berkelanjutan, dan sebagai upaya pemberantasan gulma air di Danau Ranu Pani.

Kiambang merupakan tumbuhan air yang tumbuh di permukaan air dengan karakteristik laju biak yang sangat cepat. Kiambang juga memiliki sifat adaptasi yang tinggi di berbagai kondisi lingkungan. Hal ini terutama pada air buangan kegiatan industri, limbah domestik, maupun limbah pertanian.

Aditya menuturkan populasi kiambang di Danau Ranu Pani saat ini sangat melimpah. Observasi yang dilakukan pada tahun 2018 menyatakan populasi kiambang di Danau Ranu Pani jauh lebih banyak dari tahun sebelumnya. Hampir seluruh permukaan danau tertutupi oleh gulma air. Hal ini tentunya menimbulkan berbagai macam permasalahan lingkungan berupa pencemaran air.

Atas penelitian ini, tim yang dibimbing oleh Dosen Restu Rizkyta Kusuma, berhasil meraih Silver Medal dalam kategori invention dalam Innovation dan Design Competition di Universiti Teknologi Mara (UiTM) Kedah Branch Malaysia. Aditya Permana Putra, Aditya Aji Novtara, Arvi Wahyu Lestari, Bita Pitaloka, dan Alwan Afif Fadhillah bersaing dengan 175 tim dari berbagai negara.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement