REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO – Liga Arab menyatakan dukungan atas langkah-langkah yang telah diambil ketua dewan militer transisi Sudan Letjen Abdel Fattah Burhan. Dia adalah pemimpin dewan militer yang baru setelah rakyat Sudan menyerukan dan menuntut pengunduran diri ketua sebelumnya, yakni Jenderal Awad Ibn Auf.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Ahad (14/4), seperti dilaporkan laman Anadolu Agency, Liga Arab menyambut upaya yang telah dilakukan sejauh ini oleh Burhan. Liga Arab juga meminta komunitas internasional mendukung semua upaya yang dapat memulihkan stabilitas Sudan.
Setelah menggantikan Ibn Auf sebagai ketua dewan militer transisi, Burhan mengambil beberapa keputusan yang sejalan dengan tuntutan rakyat Sudan. Pertama, dia memutuskan mencabut ketentuan tentang jam malam yang sebelumnya diberlakukan Ibn Auf.
Burhan pun memerintahkan semua tahanan yang dipenjara oleh pengadilan darurat khusus dibebaskan. Dia berjanji akan mengadili pihak-pihak yang terlibat dalam pembunuhan demonstran.
Burhan juga menyatakan membersihkan pemerintahan Sudan dari orang-orang yang lekat dengan mantan presiden Omar al-Bashir. Hal itu dia lakukan guna menunjukkan bahwa dirinya bukan bagian dari rezim tersebut.
“Saya mengumumkan restrukturisasi lembaga-lembaga negara sesuai dengan hukum dan berjanji memerangi korupsi serta mencabut rezim dan simbol-simbolnya,” ujar Burhan.
Pekan lalu, Omar al-Bashir mengundurkan diri dari jabatannya pada Kamis. Pengunduran diri dilakukan menyusul gelombang demonstrasi nasional yang tak kunjung usai selama empat bulan terakhir. Ia terpaksa turun takhta setelah memerintah Sudan selama 30 tahun. Momen tersebut disambut sukacita rakyat Sudan yang memang menghendaki reformasi pemerintahan.
Pascapengunduran diri al-Bashir, dibentuklah dewan tranisisi yang dikepalai Jenderal Ibn Auf, yang juga menjabat sebagai menteri pertahanan. Dia mengatakan bahwa dewan militer akan memerintah selama dua tahun. Selain itu, Ibn Auf memberlakukan jam malam dan memutuskan menangguhkan konstitusi.
Rakyat Sudan tak dapat menerima hal itu karena dianggap tak sejalan dengan semangat reformasi yang mereka suarakan. Di sisi lain, mereka memandang Ibn Auf sebagai tokoh yang memiliki kedekatan dengan al-Bashir. Rakyat Sudan pun melanjutkan aksi demonstrasinya. Mereka bersumpah tidak akan berhenti melakukan aksi protes hingga semua tuntutannya terpenuhi.
Gelombang desakan akhirnya membuat Ibn Auf memutuskan mundur dari posisinya sebagai kepala dewan transisi militer. Jabatan tersebut hanya dia emban selama sehari, kemudian diserahkan kepada Burhan.