Selasa 16 Apr 2019 09:55 WIB

Perempuan Muslim Anggota Kongres AS Diancam Pembunuhan

Perempuan Muslim pertama anggota Kongres AS Ilhan Omar diancam setelah twit Trump.

Rep: Lintar Satria / Red: Nur Aini
Anggota Kongres AS yang mewakili Minnesota, Ilhan Omar di Capitol Hill, Washington, 6 Maret 2019.
Foto: AP Photo/J. Scott Applewhite
Anggota Kongres AS yang mewakili Minnesota, Ilhan Omar di Capitol Hill, Washington, 6 Maret 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Perempuan Muslim pertama yang menjadi anggota Kongres Amerika Serikat (AS) Ilhan Omar mengatakan ia mendapatkan ancaman pembunuhan sejak Presiden AS Donald Trump menyerangnya di Twitter. Trump mengunggah video yang diedit untuk menyudutkan Omar dengan seakan-akan ia meremehkan serangan teror 11 September 2001.

"Ini membahayakan nyawa, harus segera diakhiri," kata Omar, seperti dilansir di Aljazirah, Selasa (16/4). 

Baca Juga

Pernyataannya itu menyusul pengumuman Ketua House of Representative Nancy Pelosi yang mengatakan akan mengambil langkah untuk memastikan keselamatan anggota Kongres Omar. Pelosi juga meminta Trump untuk segera menghapus video tersebut. 

Setelah Pelosi mengeluarkan pernyataan tersebut video tersebut menghilang dari bagian atas feed Twitter Trump. Tapi presiden AS ke-45 itu tidak menghapus ciutannya. 

Pelosi, salah satu anggota partai Demokrat yang mengkritik ciutan Trump tersebut. Banyak anggota partai Demokrat yang menuduhnya mencoba untuk memicu kekerasan terhadap politisi muslim. Baru-baru ini orang kaya asal New York itu dituduh memicu ancaman pembunuhan terhadap Omar. 

Juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders membela Trump dengan mengatakan sudah menjadi tugasnya sebagai presiden untuk menyoroti pernyataan Omar. Anggota Kongres asal Minnesota itu sebelumnya dituduh anti-Semit. Sanders mengatakan Trump tidak memiliki niatan buruk dalam serangannya terhadap Omar. 

Pada Senin (15/4) lalu, Trump kembali menyerang Omar di Twitter. Ia mengatakan perempuan itu 'sudah diluar kontrol'. Ia juga mengkritik Pelosi yang membela Omar. Omar mengatakan sejak Trump menyerangnya di Twitter, ia mendapat banyak ancaman pembunuhan. 

"Kekerasan dan aksi kebencian yang dilakukan ekstremis sayap kanan dan nasionalis kulit putih di negara ini dan di seluruh dunia terus meningkat, kami tidak bisa lagi mengabaikan bahwa mereka didorong oleh orang yang menduduki jabatan tertinggi di negeri ini," kata Omar. 

Sebelumnya, Pelosi mengatakan ia sudah berbicara dengan pihak berwenang di Kongres. Pelosi meminta polisi di Capitol Hill untuk memastikan keamanan Omar, keluarganya, dan stafnya. 

Pelosi mengatakan pihak berwenang akan terus mengawasi dan menimbang ancaman terhadap Omar. Ia juga meminta Trump untuk mencegah kekerasan terhadap Omar. 

"Kata-kata Presiden berbobot satu ton, dan retorika kebencian dan menghasutnya menciptakan bahaya nyata, presiden Trump harus menghapus video yang melecehkan dan berbahaya itu," kata Pelosi. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement