REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan mengunjungi Pulau Sebira, pulau terluar yang ada di Kepulauan Seribu pada Selasa (16/4). Selain meninjau pasokan listrik, penyediaan transportasi dan air bersih, Anies juga menyampaikan bahwa perasaan diakui terhadap warga di Pulau Sebira menjadi hal penting.
"Lalu yang tidak kalah penting sebenarnya juga perasaan pengakuan, perasaan diakui," ujar Anies usai berkeliling meninjau sejumlah sarana dan prasarana di Pulau Sebira.
Menurut dia, para warga menyampaikan gubernur terakhir yang datang ke Pulau Sebira sekitar 1989. Diketahui bahwa yang memimpin DKI Jakarta saat itu ialah Wiyogo Atmodarminto yang menjadikan ia sebagai gubernur pertama yang berkunjung ke Pulau Sebira.
Anies mengatakan, warga di Pulau Sebira merupakan bagian DKI Jakarta. Untuk itu, ia meminta jajaran Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI mulai dari gubernur rutin datang ke pulau yang memiliki penduduk sekotar 500 jiwa itu. Termasuk jajaran Pemerintah Kabupaten Kepulauan Seribu sampai bupatinya sendiri harus sering menengok warganya di Pulau Sebira.
"Ini penting untuk masyarakat bukan saja pembangunan di sini berjalan tapi juga perhatian dan hubungan tetap terbangun dengan baik," jelas Anies.
Anies juga memastikan per tanggal 1 Januari 2019 bahwa kawasan Pulau Sebira kini sudah memiliki pasokan listrik yang cukup. Listrik tersedia selama 24 jam untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setiap harinya.
Ia menjelaskan, sebelumnya listrik di Pulau Sebira hanya tersedia sekitar 14 jam saja, yakni pukul 17.00 WIB hingga jam 07.00 WIB. Sementara di pagi hari hingga petang, masyarakat melakukan aktivitas sehari-harinya tanpa listrik.
Hal ini pun menjadi perhatian bagi pemerintah daerah. Kini, kegiatan produktif masyarakat setempat bisa dilaksanakan di siang hari.
Selain itu, Pemprov DKI juga menyiapkan kendaraan dari Dinas Perhubungan yang bisa digunakan sebagai alat mobilitas penduduk ke wilayah daratan Jakarta. Dengan kapal tersebut, masyarakat bisa menyebrang pulau dari Sabira menuju Muara Angke dengan waktu tempuh sekitar dua jam.
Sementara penyediaan air bersih, menurut, Anies, sudah mengalami peningkatan dengan adanya alat pengolahan air payau menjadi air siap minum atau Backrish Water Reverse Osmosis (BWRO). Dengan begitu, kebutuhan dasar masyarakat kini dinilai sudah mulai terpenuhi dengan baik.
"(BWRO) yang semula dikelola masyarakat saja, sekarang dikelola oleh pemerintah dan volume produksinya menjadi jauh lebih tinggi. Dengan begitu kebutuhan mendasar masyarakat disini bisa dipenuhi lebih baik," kata Anies.