Rabu 17 Apr 2019 08:32 WIB

Sejumlah Aktivis Perempuan Saudi Kembali Diadili

Aktivis Perempuan Saudi didakwa merusak keamanan nasional.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ani Nursalikah
Foto tangkapan layar dari video menunjukkan aktivis perempuan Arab Saudi Loujain al-Hathloul mengendarai mobil menuju perbatasan Uni Emirat Arab-Saudi sebelum ditangkap pada 1 Desember 2014 di Saudi.
Foto: AP Photo/Loujain al-Hathloul
Foto tangkapan layar dari video menunjukkan aktivis perempuan Arab Saudi Loujain al-Hathloul mengendarai mobil menuju perbatasan Uni Emirat Arab-Saudi sebelum ditangkap pada 1 Desember 2014 di Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Sejumlah aktivis hak-hak perempuan di Arab Saudi akan kembali ke pengadilan di Riyadh. Mereka ditangkap pada Mei lalu dan didakwa melakukan kejahatan, seperti memata-matai dan merusak keamanan nasional.

Para aktivis tersebut telah berkampanye mengakhiri sistem perwalian pria di Saudi, dan juga hak mengemudi, sebelum larangan tersebut dicabut pada Juni lalu. Sejak saat itu, beberapa aktivis hak-hak perempuan Saudi yang terkemuka ditangkap dengan dugaan perilaku kejahatan.

Baca Juga

Saudara laki-laki salah satu aktivis paling terkenal Loujain al-Hathloul, Walid al-Hathloul mengatakan kepada BBC, Rabu (17/4), saudara perempuannya sangat trauma. Dia ingin tetap di penjara karena takut reputasinya dirusak oleh ketidakadilan. Walid mengatakan, setelah ditangkap, saudara perempuannya dibawa ke fasilitas penahanan rahasia di dekat penjara dengan keamanan maksimum di Dhahban, Jeddah.

Di tempat itu, Loujain memberi tahu keluarganya dia dibawa ke ruang bawah tanah dan mendapatkan siksaan dengan sengatan listrik. Selain itu, dia juga menyebut, orang kepercayaan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman, yakni Saud al-Qahtani mengawasi penyiksaan tersebut. Bahkan, Saud diduga sempat tertawa ketika dia mengancam akan memperkosa dan membunuh Loujain.

Pemerintah Saudi mengatakan, para aktivis perempuan yang ditahan masih diberikan semua hak mereka sesuai hukum Saudi. Namun, Walid mengatakan, segala sesuatu tentang penangkapan dan penahanan saudara perempuannya penuh kerahasiaan dan proses peradilannya tidak transparan.

Bahkan enam bulan setelah penangkapan Loujain, keluarga tidak mengetahui tuduhan apa yang ditimpakan kepadanya. Selain itu, penuntut juga tidak menghasilkan bukti untuk mendukung tuduhan Loujain memata-matai pemerintah Saudi.

Tahap selanjutnya yang diharapkan dalam persidangan Loujain dan aktivis perempuan lainnya adalah tanggapan hakim terhadap pembelaan mereka. Walid mengatakan, keluarga sangat khawatir dengan persidangan tersebut karena kurangnya transparansi.

Walid menambahkan, sejauh ini saudara perempuannya dalam keadaan sehat. Namun, saudara perempuannya merasa sedih karena Pemerintah Saudi dinilai gagal dalam menanggapi laporan tentang penyiksaan yang dialaminya

Arab Saudi menolak semua kritik terhadap sistem peradilannya. Pemerintah Saudi bersikeras hukum tersebut berdasarkan pada syariah atau hukum Islam. Kasus ini telah menarik kecaman internasional dan semakin merusak reputasi Putra Mahkota Saudi, Mohammed Bin Salman (MBS).

Pada Februari lalu, sekelompok anggota parlemen Inggris melakukan penyelidikan yang didukung oleh sejumlah organisasi hak asasi manusia internasional. Penyelidikan tersebut terkait tuduhan penganiayaan terhadap Loujain dan beberapa aktivis perempuan lainnya. Mereka menyimpulkan tuduhan itu kredibel.

Sementara, pada Maret, Dewan Hak Asasi Manusia Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) menyerukan pembebasan para aktivis perempuan tersebut. Selain itu, lebih dari 30 negara, termasuk semua anggota Uni Eropa menandatangani pernyataan yang mengutuk penahanan para aktivis perempuan yang dinilai terlalu berkepanjangan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement