REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Menteri Pertahanan Turki mengatakan melakukan pembicaraan yang sangat membangun dengan pejabat menteri Pertahanan Amerika Serikat Patrick Shanahan.
Menurut kantor berita pemerintah Turki, Anadolu, Rabu (17/4), Menteri Pertahanan Hulusi Akar berkunjung ke Amerika Serikat dalam rombongan besar. Mereka berupaya menyelesaikan perselisihan dengan negara sesama anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) itu, terutama soal pembelian sistem pertahanan rudal serta perang Suriah.
"Perundingan sangat berguna dan berlangsung dengan pendekatan positif. Kami gembira melihat mereka memahami banyak tujuan dengan lebih baik dan sangat dekat dengan pandangan kami mengenai masalah-masalah ini," kata Akar mengenai pertemuannya dengan Shanahan, menurut Anadolu yang dikutip Reuters.
Dia tidak secara khusus menyebut masalah-masalah yang dimaksud. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pekan lalu mengatakan Washington telah mengatakan kepada Ankara bahwa Turki kemungkinan akan menghadapi pembalasan karena membeli misil sistem pertahanan S-400 Rusia, yang dianggap melanggar undang-undang sanksi Amerika yang disebut CATSAA.
Juru bicara Presiden Tayyip Erdogan, Ibrahim Kalin, pada Selasa (16/4) mengatakan Turki mengharapkan Presiden Donald Trump untuk melakukan pengabaian bila kongres AS memutuskan untuk menjatuhkan sanksi padaAnkara atas rencana pembelian S-400. Turki tidak akan mengurungkan rencana pembelian itu dan mengatakan bahwa pembelian sistem rudal S-400 tersebut seharusnya tidak memicu sanksikarena Ankara bukan musuh Washington dan Turkti tetap setia pada NATO.
Sejumlah pejabat AS mengatakan pembelian S-400 akan menimbulkan risiko pada kemitraan Ankara dalam menjalin kerja sama program pesawat tempur F-35 karena S-400 akan merugikan jet-jet F-35, yang adalah buatan Lockheed Martin Corp. Perusahaan Turki memproduksi sebagian komponen dari pesawat tempur siluman F-35.
Akar mengatakan Turki telah memenuhi tanggung jawabnya dalam proyek F-35 dan bahwa pelatihan bagi para pilot serta tim pemeliharaan terus berlangsung. "Kami berharap delapan negara yang lain yang juga bermitra dalam proyek ini memenuhi tanggung jawab mereka terhadap kami," katanya.
Ankara mengajukan permohonan kepada Washington agar kedua negara membentuk komite teknik di bawah payung NATO untuk menentukan apakah S-400 membahayakan jet-jet F-35 seperti yang disebutkan Amerika, dan menunggu jawaban balik dari AS. AS dan negara-negara NATO lainnya yang memiliki F-35 khawatir radar S-400 dapat membaca dan menandai lokasinya dan melacak, sehingga membuat pesawat tersebut kurang mampu menghindari senjata Rusia.
Ketidaksepakatan itu merupakan pertikaian diplomatik terbaru antara sekutu NATO, termasuk soal permintaan Turki agar Washington mengekstradisi Fethulah Gullen, perbedaan mengenai kebijakan Timur Tengah, perang Suriah serta sanksi terhadap Iran.