REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indikator Politik Indonesia (IPI) memandang kampanye akbar yang dilakukan oleh kedua pasangan calon presiden-wakil presiden tidak berdampak signifikan pada para pemilih. Peneliti IPI, Rizka Halida merasa kampanye akbar cuma memuaskan iman dukungan para pemilih loyal.
“Dari kedua kubu, semua show off force di GBK Jakarta, baik 01 maupun 02. Akan tetapi show tersebut hanya berfungsi menguatkan iman politik masing-masing pendukung yang sudah loyal,” katanya pada wartawan.
Menurutnya, kampanye akbar tersebut malah tidak mampu memancing atau menjaring swing voter dan undecidedvoter. Padahal dua kategori pemilih itu menjadi target kampanye akbar.
"Jadi, kampanye akbar yang digelar dengan mengerahkan massa begitu banyak itu hanya berfungsi sebagai penguatan yang sudah punya pilihan,” ujarnya.
Cawapres nomor urut 02, Sandiaga Uno, memberikan orasi politik saat menghadiri kampanye akbar di Lapangan Ahmad Yani, Alun - Alun Kota Tanggerang, Banten, Sabtu (13/4).
Peneliti IPI lainnya, Ahmad Khoirul Umam menyebut partisipasi politik masyarakat pada hari H ternyata sejalan dengan survei yang dilakukan sebelumnya.
“Ada beda angka yang sebetulnya sudah diprediksi sebelumnya karena bias partisipasi masyarakat,” ucapnya.
Menurutnya, partisipasi masyarakat untuk memilih tergantung pada kekuatan mesin partai dan tim kampanye. Mereka dituntut memobilisasi masyarakat dan swing voter agar mau memilih.
“Penentu sesungguhnya adalah jumlah suara yang masuk di coblosan itu. Tapi, secara umum hasil tidak banyak berbeda dengan survei tapi di saat akhir ada bias partisipasi pemilih,” sebutnya.
Sebelumnya, IPI merilis hasil perolehan suara Pilpres pada pemilu serentak 2019 pada Rabu, (17/4) malam. Paslon Joko Widodo-Ma'ruf Amin unggul dengan angka 54,07 persen. Adapun angka elektabilitas paslon Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebesar 45,93 persen.