Sabtu 20 Apr 2019 15:50 WIB

Dekan FKUI: Pemilu 2019 Benar-Benar tak baik untuk Kesehatan

Dekan FKUI Prof Ari menyebut pelaksanaan pemilu 2019 tidak baik untuk kesehatan

Rep: Desy Susilawati/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petugas KPPS membantu warga yang akan memberikan hak suaranya di TPS 004 Pemilu 2019 di Kelurahan Cibadak, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Rabu (17/4).
Foto: Abdan Syakura
Petugas KPPS membantu warga yang akan memberikan hak suaranya di TPS 004 Pemilu 2019 di Kelurahan Cibadak, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Rabu (17/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Ari F Syam pelaksanaan pemilu kali ini benar-benar tidak baik untuk kesehatan. Sebab pemilihan presiden (pilpres) dibarengi dengan pemilihan legislatif (pileg) sehingga menguras tenaga kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS).

Hal ini membuat petugas kelelahan dan sangat mungkin menyebabkan human error."Kalau DKI Jakarta Pilpres, DPR, DPD, DPRD. Kalau daerah lima tabulasinya lebih banyak lagi. Dia hitung banyak. Apalagi banyak tekanan. Ini belum selesai loh. Belum lagi dikecamatan, dihitung lagi. Belum lagi kalau ada tuntutan, seorang caleg merasa suaranya dihilangkan," ujarnya ketika ditemui Republika di FKUI, Sabtu (20/4).

Baca Juga

Hal ini akhirnya membuat petugas kelelahan, kurang tidur, makan yang tidak beres ditambah lagi mengonsumsi minuman yang mengandung kafein. "Ini akan membuat orang yang tadinya menderita hipertensi bisa stroke bisa meninggal. Orang yang tadinya sudah ada gangguan sumbatan akan menyebabkan serangan jantung," jelasnya

Selain itu, menurutnya dengan kondisi seperti ini membuat kemungkinan terjadinya kesalahan pada pekerjaan bisa dilakukan. "Ketika orang bekerja full, sebenarnya orang bisa bekerja benar-benar full dalam keadaan sehat delapan jam. Setelah itu, musti dikurangi pekerjaannya. Apalagi kalau sudah lewat 16 jam sudah tidak efektif. Tingkat error jadi lebih tinggi," ungkapnya.

Ia menyatakan sistem pemilu kali ini memang lebih bagus dan efektif, hanya saja efeknya tidak sehat. Sehingga menyebabkan banyak petugas KPPS sakit dan bahkan meninggal.

"Hal ini terus terang jadi rentan untuk para petugas. Harus jadi evaluasi pemerintah dan dpr bahwa banyak hal kelihatannya efektif. Orang-orang yang bekerja jadi korban," ujarnya.

Prof Ari memberikan saran agar pada pemilu yang akan datang masalah istirahat petugas bisa dengan memperbanyak petugas atau gunakan sistem shift. "Disatu sisi memang mereka dikejar deadline. Karena itu suasana bekerja mereka mesti baik. Penerangan musti baik, ac musti baik. Konsumsi makan juga harus cukup," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement