REPUBLIKA.CO.ID, QINGDAO--Kapal perang dari India, Australia dan beberapa negara lainnya sudah tiba di pelabuhan Qingdao, Cina. Kapal-kapal perang itu akan mengikuti parade angkatan laut yang menjadi bagian dari niatan baik Cina untuk menjulurkan persahabatan di tengah meningkatnya ketegangan dan kecurigaan di kawasan.
Pada Selasa (23/4) mendatang Angkatan Laut Tentara Pembebasan Cina (PLA) akan merayakan ulang tahun ke-70. Mereka akan memamerkan kapal-kapal perang yang baru termasuk kapal selam nuklir dan destroyer di Qingdao.
Salah satu sumber diplomatik mengatakan ada 13 negara yang terlibat. PLA mengatakan mereka akan menyambut negara-negara sahabat itu dengan baik.
India yang bersitegang dengan Cina karena masalah perbatasan dan dukungan Negeri Tirai Bambu kepada Pakistan mengirimkan destroyer siluman. Kapal 'INS Kolkota' akan ditemani kapal pasokan.
"Kami membawa salah satu kapal terbaik yang pernah kami ciptakan, ini kebanggan nasional dan angkatan laut, dan kami sangat senang berada di sini," kata Kapten Aditya Hara di dermaga setelah turun dari kapal di Qingdao, Ahad (21/4).
Salah sumber mengatakan untuk mencapai Qingdao, 'Kolkota' berlayar melewati Selat Taiwan. Perairan sensitif yang memisahkan Cina dari daerah otonom Taiwan, pulau yang diklaim Beijing bagian dari Cina.
"Kami menuju rute langsung dan kami sangat senang kami difasilitasi Angkatan Laut PLA danmereka memastikan kami memiliki jalur aman menuju Qingdao," kata Hara.
Sekutu dekat Amerika Serikat (AS), Australia mengirim 'HMAS Melbourne', sebuah destroyer dengan rudal pemandu ke Qingdao. Tapi Australia menolak kapten mereka diwawancara.
Hubungan Cina dan Australia sempat menengang. Ketika Negeri Kangguru mencurigai intervensi Cina dalam politik domestik mereka. Australia juga melarang masuk perusahaan teknologi Cina Huawei untuk memasok peralatan jaringan 5G.
Jepang juga mengirimkan destroyer mereka ke Qindao. Menurut media Jepang pertama kalinya angkatan laut Jepang mengirimkan kapal ke Cina sejak tahun 2011.
Hubungan perekonomian terbesar nomor dua dan ketiga di dunia itu diganggu perselisihan atas pulau-pulau kecil di Laut Cina Selatan. Kecurigaan atas Cina juga membuat Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengubah konstitusi Negeri Sakur itu yang sebelumnya pasifis.
Tapi akhir-akhir ini mereka berusaha memperbaiki hubungan. Abe mengunjungi Beijing pada bulan Oktober lalu. Kedua negara berjanji untuk meningkatkan hubungan dan menandatangani kesepakatan yang sangat luas termasuk pakta pertukaran mata uang senilai 30 miliar dolar AS.
Beberapa sekutu dekat Cina juga ikut dalam parade ini. Seperti Rusia dan tiga negara Asia Tenggara yakni Vietnam, Malaysia dan Filipina.