REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie memyarankan agar capres yang bertarung pada Pilpres 2019 ini bertemu untuk sekadar menyeruput kopi. Namun keduanya harus bertemu dalam kapasitas sebagai pribadi. Jika pertemuan ini dilakukan maka dapat mendinginkan suhu politik pascapemungutan suara.
"Cukup ngopi-ngopi saja, enggak perlu lama-lama. 15 menit cukup. Menurut saya secepatnya," kata Jimly usai menggelar konfernsi pers di kantor ICMI, Jakarta Selatan, Senin (22/4).
Menurut Jimly, dalam pertemuan tersebut baik Jokowi maupun Prabowo jangan bicara soal politik. "Dan dalam pertemuannya jangan ngomong politik. Cengangas cengengesan saja. Silaturahim saja. Ini bisa langsung meredakan," tutur dia.
Jimly menilai jika dalam pertemuan tersebut ujungnya malah bicara politik maka hasilnya akan tetap sama saja, yakni tensi politik tidak mereda. "Kalau ngomongin politik ya habis 22 Mei itu bisa memanas lagi," ucap dia.
ICMI menyerukan kepada semua pimpinan dan elite politik agar membangun budaya demokrasi yang adil dan beradab dengan menegakkan etika politik. Juga, mengutamakan kepentingan bangsa dan negara serta menjaga keutuhan dan persatuan bangsa.
Jimly menuturkan para elite politik harus menghindari menghindari praktik-praktik politik tak terpuji yang menghalal segala cara. "Jika terjadi sengketa, manfaatkanlah mekanisme hukum untuk melawan ketidakadilan," kata dia.
ICMI menilai dinamika kehidupan politik bangsa saat ini memerlukan perhatian dan sikap politik yang bijak dari semua komponen bangsa demi terwujudnya kehidupan berbangsa dan bernegara yang berdaulat, adil, sejahtera dan bermartabat.