REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Teror bom yang terjadi di Sri Lanka pada Ahad (24/4) menyebabkan kekhawatiran bagi masyarakat dunia. Polri pun mengimbau pada masyarakat Indonesia agar tidak perlu resah.
Terkait aktivitas terorisme di Indonesia, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir, Jenderal Polisi Dedi Prasetyo, menuturkan Polri selalu melakukan pemetaan dan profiling terhadap sel tidur di berbagai daerah.
"Masyarakat untuk tenang dan percayakan kepada kepolisian yang sudah memiliki pengalaman puluhan tahun untuk melakukan antisipasi dan penegakkan hukum terhadap kelompok teroris yang ada di indonesia," kata Dedi dalam keterangannya, Senin (22/4).
Menurut Dedi, penguatan terhadap terus seluruh satgas antiterorisme dan radikalisme di polda maupun di Densus 88 Antiteror terus dilakukan. Polri juga bekerja sama dengan seluruh pemangku kebijakan terkait.
"Penguatan terhadap monitoring terus dilakukan baik dari seluruh satgas anti terorisme dan radikalisme di polda-polda dengan densus 88, dan stakeholder terkait terus melakukan monitoring sleeping sel maupun di beberapa wilayah," kata jenderal bintang satu itu menjelaskan.
Serangkaian ledakan bom di gereja dan hotel, di Sri Lanka menyebabkan setidaknya 290 orang tewas. Ratusan lainnya mengalami luka-luka. Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi memastikan hingga saat ini belum ada informasi warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban.
Menurut Retno, hal itu setelah komunikasi yang dilakukan Kementerian Luar Negeri dengan Duta Besar Indonesia untuk Sri Lanka beberapa saat setelah serangan terjadi di beberapa tempat.
"Mulai sejak saat itu diupdate dari waktu-waktu, tentunya kita mencari informasi mengenai masalah WNI kita, apakah ada korban WNI kita dan sejauh ini kita tidak memperoleh informasi ada korban dari WNI," ujar Retno, Senin (22/4).