REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Peradaban Islam di era keemasan juga mencatat kiprah sederet ilmuwan dan ulama Muslim yang menyandang tunanetra. Ada yang sejak lahir mengalami kebutaan dan ada pula yang menjadi buta di usia tua.
Namun, ada pula yang ketika lahir tunanetra, namun ketika beranjak besar penglihatannya bisa kembali normal, seperti halnya Imam Bukhari. Berikut adalah beberapa ulama dan ilmuwan Muslim yang menyandang tunanetra.
Abdullah Ibnu Ummu Maktum
Ia adalah sahabat Rasulullah SAW. Keterbatasan penglihatan tak menyurutkan daya juangnya untuk membela dan menyebarkan agama Allah SWT. Sejarah peradaban Islam mencatat, Abdullah sempat memainkan peran penting dalam komunitas Muslim pada zamannya.
Ia juga tetap berada di belakang Rasulullah untuk membela agama Allah SWT. Salah satu kelebihan yang dimilikinya adalah daya ingat yang luar biasa. Tak heran jika Abdullah menjadi salah seorang sahabat yang bertugas untuk menghafal Alquran.
Tak sekadar sahabat bagi Rasulullah, Abdullah adalah keponakan Siti Khadijah, istri pertama Rasulullah. Ayahnya bernama Qays ibnu Za'id dan ibunya Atikah binti Abdullah. Atikah dijuluki Ummu Maktum karena dia melahirkan seorang anak buta bernama Abdullah.
Abdullah termasuk salah seorang sahabat yang paling awal menerima kebenaran ajaran Islam. Dia pun menyaksikan bagaimana Islam berkembang pesat di Makkah dan Madinah. Meski pada awalnya mendapat tekanan dan siksaan dari kaum Quraisy, Abdullah tetap memegang teguh keyakinannya sebagai Muslim.
Abdur Razzaq bin Humam
Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Abdur-Razzaq bin Humam bin Nafi' al-Himyari. Dia adalah ulama yang memiliki pengetahuan luar biasa. Ia juga seorang ahli hadis.
Pada awalnya, penglihatan Abdur-Razzaq normal. Namun di usia senja, dia mengalami kebutaan. Meski begitu, dia tetap dikenal sebagai ahli hadis yang memiliki hafalan tajam. Ia wafat pada 211 H pada usia 85 tahun.
Abu 'Isa Muhammad bin 'Isa bin Sura at-Tirmidzi
Ia dikenal sebagai ahli hadis yang termasyhur dari Tirmiz, Uzbekistan. Murid Imam Bukhari ini dikenal dengan panggilan at-Tirmidzi. Salah satu kontribusinya bagi pengembangan agama Islam adalah kitab Al-Jami, yang menghimpun 4.000 hadis Nabi Muhammad SAW.
Kitab yang ditulisnya itu juga populer dengan julukan Sunan at-Tirmidzi. At-Tirmidzi juga berjasa dalam mengembangkan metodologi hadis yang disusunnya dalam buku bertajuk, Al-'Ilal. Sang ahli ini tutup usia pada 13 Rajab 279 H.