Selasa 23 Apr 2019 13:29 WIB

Kumpul Sedulur di Kampung Flory Yogyakarta

Persahabatan di antara alumni SMA Muhammadiyah 1 diharapkan semakin erat.

Red: Fernan Rahadi
Para alumni SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta angkatan 2003 saat melakukan akitivitas outbound di kolam air di Kampung Flory Yogyakarta, Sabtu (20/4).
Foto: dokpri
Para alumni SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta angkatan 2003 saat melakukan akitivitas outbound di kolam air di Kampung Flory Yogyakarta, Sabtu (20/4).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ada suasana yang berbeda di Kampung Flory Yogyakarta, Sabtu (20/4) yang lalu. Desa wisata yang terletak di Jugangpangukan RT 05/RW 11 Tridadi, Sleman, DIY ini pada hari itu diadakan sebuah reuni akbar alumni SMA Muhammadiyah 1 (Moehi) Yogyakarta angkatan 2003.

Lebih dari 100 orang memeriahkan acara tersebut. Mereka terdiri dari para alumni Moehi 2003 beserta sanak keluarganya yang ikut memeriahkan acara yang telah digagas sejak dua bulan lalu itu.

Pada pagi hari, para peserta di antaranya bisa menikmati berbagai macam hiburan seperti live music, sulap, dan banyolan-banyolan humor duet MC, Tejo Marcuet dan Fandhi Bongong. Selain itu, juga terdapat tausiyah dari eks guru SMA Muhammadiyah 1, Ahmad Jam'an, serta hidangan makanan favorit semasa SMA, Soto Bu Kardi.

Kemudian usai shalat zuhur, dilakukan outbound untuk lebih menjalin keakraban di antara para peserta. Pada sesi ini, aktivitas fisik dilakukan di tiga tempat yang berbeda mulai dari di dalam pendopo, lapangan, serta di kolam dimana para peserta yang telah dibagi menjadi beberapa tim melakukan perlombaan tarik tambang di dalam air.

Dengan tagline 'Kumpul Sedulur, Ra Kumpul Ra Mantul' acara tersebut memperoleh apresiasi yang tinggi dari para peserta. Hal itu dikarenakan event yang berlangsung selama kurang lebih enam jam tersebut sukses mengumpulkan puluhan alumnus yang telah tersebar di berbagai kota di Indonesia.

Seorang alumnus Moehi 2003 yang berdomisili di Jakarta, Wigit Bagoes, mengaku senang bisa melakukan temu kangen dengan teman-teman seangkatan semasa bersekolah di SMU Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Menurutnya, kegiatan reuni sudah seharusnya tidak hanya berisi dengan acara hura-hura semata.

"Kegiatan reuni seperti ini sangat bermanfaat karena selain menjadi ajang silaturahim juga bisa menjadi ajang untuk menjalin relasi bisnis. Selain itu, reuni juga bisa menjadi ajang untuk berdonasi untuk membantu orang-orang yang membutuhkan," kata Wigit kepada Republika.

Alumnus Moehi 2003 lainnya, Cahaya Firmansyah, juga merasa terkesan dengan penyelenggaraan reuni kemarin. "Melalui acara kemarin terbukti bahwa ikatan emosional antara teman sesama angkatan itu tidak akan mudah luntur, walaupun sudah 16 tahun berlalu," kata Gembul, sapaan akrabnya.

Meskipun mendapatkan berbagai fasilitas seperti kaus seragam dan tempat kongkow yang nyaman, tiap peserta pada acara tersebut hanya dibebankan biaya yang cukup murah, yakni Rp 50 ribu. Hal itu dikarenakan biaya acara diperoleh dari donasi yang dilakukan sejumlah alumnus yang memiliki kelebihan rezeki. 

Dengan sistem subsidi silang, pihak panitia pun akhirnya mampu mengumpulkan dana yang cukup besar untuk membiayai penyelenggaraan reuni. Bahkan sisa anggaran yang besar bisa dialokasikan untuk membantu sebuah yayasan anak-anak penderita kanker.

"Awalnya, kami tidak terlalu optimistis reuni perdana ini bakal sukses, namun hasilnya justru melebihi ekspektasi. Dari hanya menargetkan sebanyak 75 peserta, yang mendaftar justru mencapai 135 orang," ujar ketua panitia Reuni Akbar Moehi 2003, Galuh Ajeng Kusumawati.

Galuh berharap, dengan diadakannya reuni perdana ini persahabatan di antara alumni SMA Muhammadiyah 1 semakin erat. Selain itu, ia juga berharap penyelenggaraan reuni selanjutnya akan lebih semarak dan menghadirkan lebih banyak alumni dibandingkan saat reuni perdana lalu.

"Meskipun kecil, semoga apa yang kami lakukan kemarin menjadi inspirasi untuk melakukan kegiatan serupa di masa mendatang," kata wanita yang berprofesi sebagai dokter itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement