REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak dapat dimungkiri, waktu sebelum ini Islam telah masuk ke Guyana bersama dengan budak-budak Afrika yang dibawa ke sana. Mereka dibawa dari Afrika Barat untuk bekerja di perkebunan tebu.
Disebutkan pula, pahlawan Guyana, Cuffy, mengirimkan surat perjanjian kepada Belanda yang ditulis dengan huruf Arab. Surat ini ditulis dalam pemberontakan yang dipimpinnya pada 1763. Hal ini menunjukkan kelompok Cuffy atau bahkan ia sendiri adalah seorang Muslim.
Bagaimanapun juga, kekejaman perbudakan yang terjadi di Guyana menyebabkan umat Muslim yang bekerja kesulitan melaksanakan ibadah. Hal tersebut mengakibatkan Islam hilang hingga diperkenalkan kembali melalui kedatangan orang-orang Asia Selatan dari anak benua India.
Menurut Mircea Elida, yang dikutip dari Encyclopedia of Religion, dari 1835 hingga 1917, lebih dari 240 ribu orang India Timur datang ke Guyana. Kebanyakan dari mereka buta huruf dan berbahasa Urdu. Sebanyak 84 persen beragama Hindu dan sisanya Muslim Sunni.
Sejarah tibanya Muslim Guyana dapat langsung dihubungkan dengan anak benua India. Namun sayangnya, sejarah ini telah dipulakan oleh para sarjana Karibia dan India Timur. Satu aspek yang paling banyak diperdebatkan adalah mengenai koneksi Indo-Iran. Ketika istilah ini digunakan dalam artikel mengacu pada aspek linguistik dan kultural yang diwarisi dari Asia Barat dan Selatan.
Iran dan Asia Tengah memainkan kunci utama dalam sejarah dan peradaban Muslim Asia Tengah. Penyebaran Islam di India dikaitkan dengan orang Turki yang mengadopsi Persia sebagai bahasa resmi Mughal di India. Apabila Islam tidak datang ke anak benua ini, boleh jadi Islam pun tidak akan sampai ke Guyana dan sekitarnya.
Kini, di Guyana terdapat banyak kontroversi mengenai aspek-aspek budaya yang Muslim bawa dari anak benua antara awal dan ketika mereka bermigrasi. Di negara itu terdapat dua kelompok, yaitu generasi muda yang lebih senang meninggalkan warisan Indo-Iran dan generasi tua yang ingin mempertahankan tradisi ini.
Generasi muda Muslim Guyana lebih memilih berbahasa Arab alih-alih bahasa Urdu. Mereka memandang tradisi Asia Selatan tidak Islami. Urdu adalah bahasa umum yang berkembang di anak benua India sebagai hasil dari sintesis budaya dan linguistik. Bahasa ini dibawa ke Guyana oleh Muslim Asia Selatan.
Setelah invasi Mughal ke India, bahasa baru muncul akibat percampuran dari bahasa Arab, Turki, Persia, dan Sansekerta di perkampungan baru.
Bahasa ini disebut dengan Urdu. Kata urdu atau ordu berasal dari bahasa Turki yang berarti kamp dan diasosiasikan dengan kamp tentara. Berakhirnya pemerintahan Mughal di India membuat bahasa Urdu menjadi bahasa nasional. Bahasa ini dipakai di tiga pusat India: Deccan, Delhi, dan Lucknow. Urdu diadopsi sebagai bahasa sastra oleh para sastrawan dan menggeser posisi bahasa Persia sebagai bahasa hukum dan pemerintahan India Muslim. Urdu populer di antara bangsa Indo-Guyana yang menonton film dan mendengarkan musik dari industri film Bombay.
Hanya ada satu organisasi Islam di Guyana, yaitu Uni Islam Sad'r Anjuman, yang juga sebuah organisasi Islam tertua di Guyana. Organisasi ini menawarkan bahasa Urdu dalam program instruksional pengajaran qasidah. Mereka biasanya mengadakan lomba qasidah nasional setiap tahun. Hal ini merupakan upaya Anjuman untuk mempertahankan keunikan Muslim Guyana, karena qasidah adalah warisan budaya Indo-Iran yang masih bertahan.