REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Jumlah korban meninggal akibat serangan bom di tiga gereja dan empat hotel mewah di Sri Lanka terus bertambah. Kepolisian Sri Lanka, pada Rabu (24/4), menyebut jumlah korban tewas telah mencapai 359 orang.
Juru bicara kepolisian Ruwan Gunasekera merilis jumlah korban tewas terkini, tapi tidak memberikan rincian korban dari tiga gereja dan empat hotel yang menjadi sasaran pengeboman. Sekitar 500 orang yang mengalami luka-luka masih menjalani perawatan.
Pada Selasa lalu, kelompok ISIS mengklaim bertanggung jawab atas pengeboman di Sri Lanka. Klaim itu dirilis melalui media propagandanya, Amaq, kemudian disebarluaskan di ruang perpesanan daring, Telegram.
Namun, ISIS tak menyebut apakah mereka memiliki kaitan langsung dengan para pelaku. Dari 40 tersangka pengeboman yang telah ditangkap otoritas Sri Lanka, satu di antaranya dilaporkan adalah warga Suriah.
Menteri Muda Bidang Pertahanan Sri Lanka Ruwan Wijewardene mengatakan pengeboman terhadap gereja dan hotel mewah di negaranya merupakan aksi balasan dari peristiwa penembakan masjid di Christchurch, Selandia Baru, pada Maret lalu. “Penyelidikan awal telah mengungkapkan ini sebagai pembalasan atas serangan masjid Selandia Baru,” ujar Wijewardene saat berbicara kepada parlemen Sri Lanka pada Selasa.
Kendati demikian, dia tak menjelaskan mengapa otoritas berwenang meyakini terdapat hubungan antara penembakan masjid di Chirstchurch dengan pengeboman gereja di negara tersebut. Wijewardene hanya mengatakan dua kelompok ekstremis Sri Lanka, yakni National Thaweed Jamaat dan Jammiyatul Millathu Ibrahim, bertanggung jawab atas serangan bom yang terjadi saat perayaan Paskah pada Ahad lalu.