REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus memproses sejumlah pembangunan bendungan di Nusa Tenggara Timur (NTT). Saat ini, Kementerian PUPR sudah menyelesaikan pembangunan dua bendungan di NTT yakni Raknamo dan Rotiklot.
Untuk selanjutnya, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono nenegaskan saat ini tengah menyelesaikan tiga bendungan lainnya di NTT. Ketiga bendungan tersebut yaitu Bendungan Napun Gete di Kabupaten Sikka, Temef di Kabupaten Timor Tengah Selatan, dan Manikin di Kabupaten Kupang.
Basuki memastikan ketersediaan air menjadi kunci pembangunan di NTT yang memiliki curah hujan lebih rendah dibanding daerah lain. "Secara keseluruhan pembangunan tujuh bendungan akan menampung air sebanyak 188 juta meter kubik yang dapat dimanfaatkan untuk irigasi, sumber air baku, pembangkit listrik, dan pariwisata," kata Basuki dalam pernyataan tertulisnya, Selasa (23/4).
Dia menegaskan pembangunan bendungan diikuti oleh pembangunan jaringan irigasinya. Dengan demikian, kata Basuki, bendungan yang dibangun dengan biaya besar dapat bermanfaat karena air nya dipastikan mengalir sampai ke sawah-sawah milik petani.
Basuki memastikan pembangunan Bendungan Napun Gete saat ini sudah mencapai 63,21% persen dengan target selesai pada 2020. "Total nilai kontrak pembangunannya sebesar Rp 884 miliar dengan kontraktor PT Nindya Karya (Persero)," jelas Basuki.
Dia menegaskan bendungan tersebut memiliki kapasitas tampung 14,34 juta meter kubik dengan luas genangan 99,78 hektare. Basuki mengatakan bendungan tersebut dapat mengairi irigasi seluas 300 hektare, menyediakan air baku sebanyak 214 liter per detik, pengendali banjir sebanyak 219 meter kubik perdetik dan memiliki potensi pembangkit tenaga listrik sebesar 0,71 megawatt.
Selanjutnya Bendungan Temef memiliki luas genangan 380 hektare dengan kapasitas tampung 45,78 meter kubik untuk mengalir irigasi 600 hektare, air baku 10 liter per detik, dan potensi tenaga listrik sebesar 2,6 megawatt. Total biaya pengerjaan bendungan Tamef mencapai Rp 1,5 triliun dengan masa waktu pelaksanaan sejak 2017 sampai 2021 dengan kontraktor PT Waskita Karya (Persero) dan PT Nindya Karya (Persero).
Sementara Bendungan Manikin merupakan bendungan yang baru dimulai pengerjaannya tahun ini. Hal tersebut dilakukan setelah kontraknya ditandatangani pada akhir Desember 2018 dengan kontraktor pelaksana adalah PT Wijaya Karya dan PT Pembangunan Perumahan.
"Bendungan Manikin memiliki kapasitas tampung 28,2 juta meter kubik dengan biaya konstruksi sebesar Rp 1,9 triliun," tutur Basuki.
Untuk selanjutnya, Basuki memastikan Kementerian PUPR akan menambah dua bendungan lain yakni Mbay di Kabupaten Nagekeo dan Kolhua di Kota Kupang dalam tahap desain.
Selain bendungan, Kementerian PUPR juga melakukan pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi irigasi. Pada tahun ini, Kementerian PUPR menganggarkan Rp 202 miliar untuk pembangunan jaringan irigasi baru dan rehabilitasi di enam lokasi sepanjang total 315 kilometer.