REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pada kuartal I 2019, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (Persero) membukukan laba bersih konsolidasi sebesar Rp 8,20 triliun atau tumbuh 10,42 persen dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 7,42 triliun. Pencapaian laba ini didorong oleh kredit sebesar Rp 855,47 triliun atau tumbuh 12,91 persen dibanding periode sama tahun lalu Rp 757,68 triliun.
Wakil Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan pencapaian laba ini juga disokong penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh double digit, di atas rata rata industri perbankan nasional serta perbaikan kualitas kredit bermasalah (NPL). Dengan aset mencapai Rp 1.279,86 triliun atau tumbuh 14,35 persen (yoy).
“Kami mampu tumbuh double digit dari pencapaian laba, dan konsisten pertumbuhan dalam memberdayakan UMKM,” ujarnya saat acara ‘Paparan Kinerja BRI Kuartal I 2019’ di Gedung BRI Pusat, Rabu (24/4).
Sunarso merinci kredit mikro tumbuh 13,17 persen (yoy), kredit konsumer tumbuh 9,63 persen (yoy), kredit ritel dan menengah tumbuh 13,47 persen (yoy) serta kredit korporasi tumbuh 14,15 persen (yoy).
“Kredit mikro masih menjadi porsi terbesar penyaluran kredit BRI dengan sharing mencapai 33,21 persen dari seluruh portofolio pinjaman, angka ini naik dibandingkan dengan posisi Maret tahun lalu sebesar 33,13 persen,” jelasnya.
Khusus untuk penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada tahun ini, BRI mendapatkan alokasi breakdown dari pemerintah sebesar Rp 86,97 triliun. Hingga akhir Maret 2019, BRI berhasil menyalurkan Rp 25,32 triliun kepada lebih dari 1,2 juta debitur atau setara 29,11 persen dari total target yang telah ditetapkan.
Sementara Penghimpunan DPK tumbuh 13,18 persen (yoy), dari Rp 827,06 triliun pada kuartal I 2018 menjadi Rp 936,03 triliun. “Komposisi dana murah menjadi penopang utama DPK BRI, dimana tumbuh 14,01 persen secara yoy sehingga saat ini komposisi CASA BRI menjadi 56,28 persen,” ucapnya.
Faktor lain pendorong laba yakni perolehan Fee Based Income (FBI) tercatat Rp3,14 triliun atau tumbuh 16,49 persen secara year on year dibandingkan posisi akhir Maret 2018 yakni sebesar Rp2,69 triliun. Untuk rasio perbankan lainnya, tercatat LDR BRI hingga akhir Maret 2019 yakni 91,39 persen dengan CAR 21,91 persen.
“Dengan rasio yang cukup kuat tersebut kami optimistis mampu tumbuh positif dan berkelanjutan hingga mampu mencapai target target yang telah ditetapkan di akhir tahun,” ucapnya.
BRI juga mampu menjaga kualitas kredit yang disalurkan. Hal tersebut tercermin dari perbaikan rasio kredit bermasalah, dimana hingga akhir Maret 2019 NPL BRI tercatat 2,41 persen atau lebih rendah dibandingkan NPL posisi akhir Maret 2018 yakni sebesar 2,46 persen.
Di sisi lain, BRI meningkatkan NPL Coverage dari semula 174,81 persen menjadi 182,86 persen pada akhir Maret 2019. “Hal ini membuktikan bahwa dengan akselerasi penyaluran pinjaman yang telah dilakukan, Bank BRI tetap mampu menjaganya agar tetap prudent,” ucapnya.