REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif tidak yakin Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ingin perang dengan negaranya. Tapi, menurutnya Trump dapat tergoda untuk menggelar konflik.
"Saya pikir dia tidak ingin perang, tapi tidak berarti ia tidak tergoda untuk melakukannya," kata Zarid di kantor Misi Iran di PBB, New York, Kamis (25/4).
Gedung Putih belum menjawab permintaan komentar tentang pernyataan Zarif tersebut. Zarif mengatakan ada 'tim B' yang berisi antara lain Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih yang sangat anti-Iran John Bolton dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang dapat membujuk Trump konflik dengan Iran.
"Mereka telah merancang kebijakan yang tidak untuk mengejar solusi yang dinegosiasikan, tapi mari saya perjelas Iran tidak menginginkan konfrontasi tapi tidak akan melarikan diri untuk mempertahankan diri kami," katanya.
Dalam pernyataan yang agak samar, Zarif juga memperingatkan kemungkinan orang-orang itu dapat mencoba "merencanakan kecelakaan", sesuatu yang bisa memicu krisis yang lebih luas.
Ketegangan antara Teheran dan Washington meningkat sejak Trump menarik AS dari kesepakatan Nuklir Iran 2015 dan memberlakukan kembali sanksi kepada mereka. Pada awal tahun ini, AS memasukan Garda Revolusi Iran ke dalam daftar teroris.
AS juga mencabut keringanan importir minyak Iran dari sanksi yang mereka berlakukan. Langkah AS terhadap Garda Revolusi Iran yang mengusai sebagian besar perekonomian negara itu, menjadi langkah pertama sebuah negara memasukkan militer negara lain ke dalam daftar teroris.
Zarif mengatakan Iran akan bertindak dengan 'hati-hati' dalam menanggapi kebijakan AS yang menurutnya berbahaya. Contohnya seperti Iran akan masih membiarkan kapal tempur AS melewati Selat Hormuz, jalur perdagangan minyak terpenting di dunia.
Zarif mengatakan keputusan terhadap Garda Revolusi 'absurd'. Tapi ia mengatakan Iran tidak akan menanggapinya dengan aksi militer kecuali AS mengubah aturan dalam berinteraksi dengan militer Iran. Militer AS mengatakan tidak akan mengubah perilaku mereka terhadap Garda Revolusi.
"Kami akan latihan dengan hati-hati tapi tidak berarti jika AS mengubah aturan bermain atau mengubah aturan berinteraksi mereka dapat lolos dari itu," kata Zarif.
Presiden Iran Hassan Rouhani dan beberapa komandan senior militer Iran mengancam akan mengganggu pelayaran pengiriman minyak dari negara-negara Teluk. Terutama jika AS mencoba mencekik ekspor minyak Iran.