Kamis 25 Apr 2019 18:38 WIB

Sri Lanka Instruksikan Semua Gereja Ditutup Sementara

Gereja Sri Lanka menutup dan menunda layanan hingga situasi keamanan membaik.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Polisi dan militer berjaga di area Gereja St Sebastian di Negombo, di utara Kolombo, yang menjadi salah satu sasaran bom pada Ahad (21/4). Dua ratusan korban tewas dan ratusan lainnya terluka akibat serangan bom di delapan lokasi di ibu kota Sri Lanka.
Foto: AP Photo/Chamila Karunarathne
Polisi dan militer berjaga di area Gereja St Sebastian di Negombo, di utara Kolombo, yang menjadi salah satu sasaran bom pada Ahad (21/4). Dua ratusan korban tewas dan ratusan lainnya terluka akibat serangan bom di delapan lokasi di ibu kota Sri Lanka.

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Seluruh gereja Katolik di Sri Lanka diinstruksikan untuk tetap tertutup serta menunda layanan gereja hingga situasi keamanan negara membaik. Hingga Kamis (25/4), tidak ada pertemuan keagamaan gereja-gereja Katolik di Kolombo.

"Atas saran pasukan keamanan Sri Lanka, kami menutup semua gereja. Kami akan memberitahukan pemberitahuan lebih lanjut," ujar seorang imam gereja dilansir Aljazirah, Kamis. Sebuah sumber mengatakan, keamanan juga telah ditingkatkan untuk Kardinal Malcom Ranjithm dan Rumaha Uskup di Kolombo.

Baca Juga

Sri Lanka mengerahkan ribuan tentara dalam semalam untuk membantu polisi dalam mencari tersangka dalam serangan bom bunuh diri di Ahad Paskah. Pemerintah pun telah mengakui kesalahan terbesarnya atas kegagalan mencegah serangan mengerikan, meskipun menerima peringatan intelejen khusus.

Pihak kepolisian hingga kini telah menahan total 75 orang untuk diinterogasi sebab diduga memiliki hubungan dengan serangan pada Ahad. Brigadir Sumith Atapattu mengatakan, tentara telah meningkatkan penempatannya sebanyak 1.300 menjadi 6.300 Rabu malam. Hal itu ditambah dengan angkatan laut dan angkatan udara yang mengerahkan 2.000 personel.

Pihak berwenang juga mengumumkan larangan penerbangan drone dan penangguhan lisensi yang dikeluarkan untuk operator komersial. Sri Lanka melarang pesawat tak berawak yang berpotensi memicu peledakan yang lebih terkendali atas barang-barang mencurigakan Kamis empat hari setelah serangan bom bunuh diri.

Otoritas penerbangan sipil Sri Lanka mengatakan, bahwa pihaknya mengambil tindakan mengingat situasi keamanan yang ada di negara itu. Drone telah digunakan oleh militan di masa lalu untuk membawa bahan peledak. Pasukan Irak mengatakan, bahwa drone sulit ditembak ketika mengusir kelompok ISIS, yang anggotanya memuat drone dengan granat atau bahan peledak sederhana untuk menargetkan pasukan pemerintah. Pemberontak Houthi Yaman juga diketahui menggunakan pesawat tak berawak untuk menargetkan parade militer pada Januari sehingga membunuh tentara.

Serangan terkoordinasi Ahad menewaskan 359 orang dan melukai lebih dari 500 yang kebanyakan warga Sri Lanka. Kementeiran Luar negeri mengkonfirmasi bahwa ada 36 warga asing yang turut menjadi korban tewas pengeboman yang diklaim ISIS, meski mereka tidak punya bukti kuat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement