REPUBLIKA.CO.ID, LEMBANG -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyerukan masyarakat Lembang untuk senantiasa siap siaga dalam menghadapi bencana gempa bumi. Ia mengungkapkan, Lembang berada di wilayah sesar aktif.
Menurut Kepala BNPB, Doni Monardo, tiap tahun Sesar Lembang mengalami pergeseran kurang lebih sebanyak 0,5 cm atau 5 milimeter. Ia berharap masyarakat memahami kondisi tersebut.
"Kalau terakhir (gempa) diketahui kejadian 1400 (tahun) dan sekarang masuk pada 700 tahun. Artinya apa? Resiko itu (gempa) akan terjadi. Kapan waktunya tidak tahu, yang pasti kita harus siap," ujarnya, Jumat (26/4).
Doni memantau penduduk Kawasan Bandung Utara (KBU) sangat padat. Ia khawatir jika kondisi Sesar Lembang tidak segera disosialisasikan maka masyarakat tidak akan siap. Ia pun mengajak seluruh masyarakat untuk menyosialisasikan, termasuk media.
"Media punya peran dan bisa mengedukasi dan sosialisasi bahwa kita hidup di patahan lempeng," katanya.
BNPB mencatat korban bencana di Indonesia pada 2018 menempati peringkat pertama di dunia. Selama 19 tahun terakhir, Indonesia menduduki peringkat kedua dengan jumlah korban bencana terbanyak setelah Haiti.
"Tahun lalu, korban jiwa di Indonesia 4.000 lebih jiwa dan menduduki peringkat pertama korban bencana di dunia," ujar Doni.
Menurut Doni, Indonesia memiliki 11 potensi ancaman bencana, mulai dari gempa bumi, tsunami, kebakaran hutan, hingga banjir dan longsor. Oleh karena itu, pihaknya mengajak semua kalangan masyarakat memahami potensi ancaman dan menyiapkan strategi antisipasinya.