REPUBLIKA.CO.ID, COLOMBO— Pihak wewenang Sri Lanka menuduh dua kelompok Muslim lokal, Jamaah Thowheed Nasional dan Jammiyatul Millathu Ibrahim sebagai dalang dari pengeboman bunuh diri di tiga gereja dan empat hotel pada Minggu Paskah, (21/4) lalu. Negara Islam Irak dan Levant (ISIL atau ISIS) juga diduga bertanggung jawab atas insiden ini, meskipun masih diselidiki sejauh mana keterlibatannya.
Menurut data terkini Kementerian Kesehatan setempat, terdata sekitar 235 korban meninggal, dari 359 korban yang terdampak serangan bom. Sebelumnya, kepolisian Sri Lanka memperkirakan sekitar 100 korban jiwa dari kejadian ini, namun angka tersebut tidak akurat, akibat banyak bagian-bagian tubuh yang sulit diidetifikasi.
"Banyak korban yang hanya tertinggal beberapa bagian tubuhnya saja. Hingga saat ini jumlahnya berganda dari sebelumnya," tulis Kementerian Kesehatan Sri Lanka yang dikutip dari Aljazeera, Jumat (26/4).
Hemasiri Fernando, Sekretaris Pertahanan, mengundurkan diri karena merasa gagal mencegah serangan di tengah hari suci umat Kristiani itu. Fernando mengatakan, pengunduran dirinya sebagai wujud kesungguhannya untuk bertanggung jawab atas lembaga yang dia kelola.
Sejauh ini, Pemerintah Sri Lanka memperkirakan sembilan pelaku yang bertanggung jawab dalam kasus bom bunuh diri ini, delapan di antaranya telah diidentifikasi. Salah satunya adalah seorang wanita. Beberapa dari para pelaku yang terlibat merupakan orang yang memiliki pendidikan mumpuni dan mapan secara finansial.
Sebelumnya, Kamis (25/4) kemarin, polisi meminta kerjasama masyarakat untuk mengidentifikasikan tujuh terduga pelaku pengeboman. Foto-foto pelaku pun disebarkan, di mana di antaranya adlah pria muda berjenggot dan tiga wanita muda berjilbab.