REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, banjir yang terjadi di Jakarta merupakan salah satu bukti bahwa gaya hidup masyarakat Indonesia tidak disiplin dan peduli terhadap lingkungan. Menurutnya, bencana banjir jangan dijadikan ajang untuk saling menyalahkan.
Menurut Luhut, banjir yang terjadi tersebut juga dipengaruhi kontribusi sampah akibat pola hidup masyarakat yang tidak disiplin. Dia menilai, penanganan banjir oleh pemerintah pun tidak dilakukan hanya sebatas slogan, namun juga aksi di lapangan yang dapat dibuktikan.
"Semua pemerintah, turun ke bawah. Tujuannya agar penanganan sampah ini terkendali," kata Luhut di sela acara Gerakan Indonesia Bersih (GIB), di area car free day (CFD) Bunderan HI, Jakarta, Ahad (28/4).
Luhut mencontohkan, salah satu program nyata pemerintah dalam menanggulangi sampah dan mencegah dampak lingkungan seperti banjir adalah program naturalisasi Sungai Citarum yang sudah berjalan sejak setahun terakhir. Menurut Luhut, saat ini Sungai Citarum sudah mulai asri kembali dan bahkan banyak mendapat pujian dan sorotan di kancah global.
Untuk itu, kata dia, pemerintah kerap melakukan sosialisasi kepada masyarakat maupun perusahaan agar tidak membuang sampah sembarangan. Hal itu diharapkan dapat menimbulkan kesadaran setiap elemen untuk tidak lagi membuang sampah di sungai yang mana sampahnya akan bermuara ke laut dan merusak ekosistem. "Kita beritahu industrinya dan kita didik rakyat, supaya Indonesia ini alamnya berkelanjutan untuk anak cucu kita," ujarnya.
Diketahui, pada akhir pekan ini sejumlah wilayah di Jakarta dilanda banjid. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengklaim, banjir terjadi lantaran kiriman air dari hulu Sungai Ciliwung serta banyaknya sampah yang menumpuk di Pintu Air Manggarai, Jakarta. Sampah-sampah tersebut diklaim bukan berasal dari warga DKI Jakarta melainkan dari hulu Sungai Ciliwung.